Penulis: Iyang Bahtiar
LEBAK, iNewsLebak.id - Berbicara Oligarki tak akan lepas dengan lingkaran kekuasaan, karena merupakan sistem pemerintahan dimana kekuasan politik dan ekonomi dikuasai oleh sekelompok kecil individu, atau trah keluarga yang memiliki kekayaan yang punya pengaruh besar di masyarakat.
Adapun Hegemoni, kehadirannya akan selalu mendominasi kekuasaan berdasarkan kesepakatan kelompok tertentu, sehingga akan semakin memunculkan model kekuasaan otokrasi, aristokrasi hingga monarki.
Dan pada kekuasaan model tadi kendati kelompoknya minoritas, tapi akan mampu mencengkram kaum mayoritas yang mudah dipecah belah karena kesadaran politik yang lemah, tentu sembari membungkam wadah sosial kontrol termasuk media.
Mengutip dari buku 'Pendidikan Kaum Tertindas' : "Semakin rendah kesadaran politik rakyat di desa atau kota, semakin mudah mereka dimanipulasi oleh elit penguasa yang tidak ingin kehilangan kekuasaannya.” Kata Paulo Freire.
Keputusan penting yang mempengaruhi negara, acapkali dibuat oleh segelintir elit yang memiliki akses ke sumber kekuasaan yang lebih besar daripada mayoritas penduduk. Jika kita netral dalam situasi ketidakadilan itu, berarti posisinya memilih berada di pihak yang menindas.
Ya, kekuasaan kerap menyebabkan ketidaksetaraan yang signifikan, baik dalam distribusi kekayaan maupun akses terhadap peluang ekonomi dan sosial. Pun di negeri kita semua peluang serba ada, punya kebebasan full, baik dalam kontestasi perpolitikan maupun kedudukan, yang penting kita mumpuni.
Ciri keberadaan dua senyawa Oligarki dan Hegemoni, bisa terlihat pada kontrol yang lebih besar terhadap sumber ekonomi utama seperti industri, keuangan, dan media. Karenanya itu memungkinkan oligarki untuk mempertahankan kekuasaannya dan memanipulasi opini publik sesuai seleranya.
Mereka bisa berbagi menurut kekayaan, keluarga, pendidikan, agama maupun militer. Sepanjang sejarah, oligarki seringkali bersifat tirani dan mengandalkan kepatuhan atau penindasan publik.
Kita tahu, Oligarki hanya menguntungkan segelintir orang yang berada di puncak kekuasaan. Berdampak merugikan masyarakat arus bawah serta mempertajam peningkatan kesenjangan. Mengutip dari Soe Hok-Gie yang populer adalah, “Saya jijik melihat orang ambisius, yang rela menginjak kepala teman-temannya untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi”.
Karenanya, kaum yang mafhum kondisi suatu desa, kota atau negara tentu masyarakat bawah, hanya saja mereka kerap selalu disenyapkan, ruang gerak ditutupi dan semua peluang dipagar supaya tidak bisa menduduki kekuasan. Mereka telah mengatur kebebasan dan ruang terbuka untuk kepentingan mereka saja, dan masa depan demokrasi di negeri itu semakin termarjinalkan.
Dalam cengkraman kekuasaan seperti itu, kehadiran kelompok perubahan selalu dinantikan, untuk berani tampil dengar resiko pahit. Menyuarakan cita-cita perubahan harus benar-benar konkret, dijiwai semangat patriotisme pembelaan kepada kaum arus bawah demi kepentingan kebangsaan.
Di sini diperlukan sosok-sosok kaum pembaharu yang bersuara untuk kaum marjinal. Membebaskan dari belenggu penjajahan kaum pemegang Oligarki dan Hegemoni. Melawan pembodohan masif, mendobrak situasi kesenyapan. Sehingga kran-kran demokrasi terbuka lebar untuk kaum akar rumput yang ditindas kemarukan.
Benar, kondisi tersebut harus terus diimbangi dengan berbagai karya gagasan melalui berbagai saluran, sehingga mampu membentuk basis kekuatan untuk perubahan. Sehingga bisa mewujudkan pembebasan untuk rasa keadilan.
Kita tahu, Oligarki dan Hegemoni kalau berada di negara monarki itu dianggap lumrah, namun kalau wabah Oligarki dan Hegemoni ini hinggap di negara demokrasi ini tentu ada yang keliru. Bisa jadi wabah tersebut masuk melalui aturan pasal yang terlalu lentur, atau datang mengatasnamakan hak azasi, bisa pula nyelinap dalam boncengan kekuatan kapitalisme, yang sengaja di desain kaum ambisius untuk membangun klan mereka.
Memang kadang kita suka keliru bersikap dalam mendukung penyuka kekuasaan, yang menyebabkan lahirnya cikal bakal kaum Oligarki dan Hegemoni di kalangan kita. Dan kita baru sadar setelah dampaknya dirasakan sendiri.
Oleh karenanya, soal isu Oligarki dan Hegemoni ini tentunya tak akan ada habisnya, karena akan ada di semua wadah dan di lingkungan manapun. Dan membicarakan soal ini tentu akan selalu jadi perbincangan panjang bagi kalangan pecinta demokrasi sejati. Wallahu'alam... Dirgahayu Selalu Negeriku !
Editor : U Suryana