5 Peninggalan Sejarah di Kabupaten Lebak

Abi Rama Wicaksono
Peninggalan sejarah yang ada di Lebak dari zaman pra-sejarah hingga pra-kemerdekaan. (Foto: istimewa)

LEBAK, iNewsLebak.id - Kabupaten Lebak menyimpan banyak sekali peninggalan sejarah di dalamnya. Hal tersebut tak mengherankan, pasalnya Kabupaten Lebak yang termasuk dalam wilayah Provinsi Banten ini menyimpan banyak sekali beberapa temuan arkeologis. 

Peninggalan sejarah dari masa Neolitikum dan Megalitikum, seperti menhir, bangunan berundak, kubur batu, sarkofagus, dan dolmen juga ditemukan di Kabupaten terbesar di Provinsi Banten ini. Hal ini menunjukkan bahwa seni dan budaya Lebak sudah sangat mengakar.

Benda-benda lintas waktu tersebut kini masih dapat disaksikan dan dikunjungi oleh masyarakat di Lebak ataupun luar. 

Lantas, apa saja peninggalan sejarah di Kabupaten Lebak? Simak ulasan berikut dirangkum dari buku Cagar Budaya di Kabupaten Lebak dan beberapa sumber.

 

  1. Situs Lebak Cibedug


Situs Lebak Cibedug. (Foto: istimewa)

 

Situs ini berada di Kampung Cibedug, Kecamatan Cibeber yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Area Situs ini terletak di lereng Pasir Manggu dengan luas sekitar 2 hektare.

Dikenal sebagai Situs Cibedug, penemuan yang terjadi pada tahun 1975 ini diperkirakan berasal dari zaman Megalitikum (sekitar 1000 SM), menjadikannya peninggalan prasejarah. Nama “Cibedug” sendiri diambil dari nama sungai yang berada di dekat lokasi situs.

Struktur bangunan di Situs Lebak Cibedug terdiri dari teras berundak yang bertingkat, sumuran, menhir (batu tegak), batu bergores, dan sebaran batu tukuh.

 

  1. Situs Purba Parigi


Benda yang Ditemukan di Situs Parigi. (Foto: Kemdikbud)

 

Situs yang diperkirakan telah berusia dari zaman Megalitikum, tepatnya pada 2500 - 1500 sebelum masehi ini secara administrasi berada di Kampung Lebak Binong, Kecamatan Cibeber. 

Terletak di pinggir Sungai Cimadur, yang mengalir ke Sungai Cidikit, situs ini berupa punden berundak yang diyakini sebagai peninggalan tradisi megalitikum. Di area situs ini, banyak tumbuh pohon manggis, bambu, waru, alpukat, bernok, dan sintok. Punden berundak sendiri merupakan situs yang memiliki bentuk semakin ke atas bentuknya akan semakin mengecil. 

Informasi dari penduduk sekitar menyebutkan bahwa area situs ini pernah menjadi lokasi perkampungan yang dikenal sebagai Kampung Parigi. Namun, karena suatu alasan, warga kampung tersebut memutuskan untuk pindah dan membangun pemukiman di Kampung Lebak Binong.

  1. Batu Tapak Pasir Luhur


Batu Tapak Pasir Luhur. (Foto: Istimewa)

 

Peninggalan sejarah ini berada di lereng Gunung Pasir Luhur, tepatnya di Kelurahan Luhur Jaya, Kecamatan Lebak Gedong. 

Peninggalan arkeologi ini menampilkan pahatan sepasang telapak kaki manusia di atas batu besar, yang posisinya menghadap ke arah selatan. Area sekitar peninggalan ini dipenuhi oleh hamparan batu andesit yang berlumut, serta keberadaan makam-makam dengan nisan yang juga ditumbuhi lumut.

  1. Arca Domas (Sasaka Pusaka Buana)


Peninggalan sejarah Suku Baduy, Arca Domas. (Ilustrasi: Istimewa)

 

Merupakan sebuah situs arca yang terletak di Kampung Cikeusik, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar. 

Situs ini, yang dianggap sakral oleh masyarakat Kanekes dan terlarang bagi pengunjung dari luar, memiliki bentuk piramida teras berundak. Dibangun dari susunan batu andesit, situs ini terdiri dari tujuh teras yang menghadap utara-selatan. Teras-terasnya tersusun seperti petak sawah, meskipun sebagian besar pembatasnya sudah tidak terlihat jelas karena batu-batunya terlepas.

Area situs ini lembab dan memiliki kesan yang angker.

Tempat suci ini, yang dikenal sebagai Arca Domas/ Sasaka Pada Ageung/ Sasaka Pusaka Buana, hanya dapat diakses oleh pemimpin Suku Baduy, yang disebut Puun.

 

  1. Rumah Bekas Multatuli “Eduard Douwes Dekker”


Rumah Douwes Dekker. (Foto: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak)

 

Peninggalan sejarah rumah milik Douwes Dekker ini beralamat di Jl. Hm Iko Djatmiko No.1, Muara Ciujung Bar., Kec. Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Lahan tempat bangunan bersejarah ini berada adalah milik Pemerintah Kabupaten Lebak, dan pengelolaannya diserahkan kepada Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo.

Secara umum, bangunan ini telah mengalami banyak modifikasi. Bangunan yang ada sekarang membentang dari timur ke barat, dilengkapi dengan teras, dan memiliki bentuk persegi panjang dengan atap genting.

Sejarahnya, rumah yang dikenal sebagai Residentie Assistent Resident van Lebak adalah bangunan bersejarah yang pernah menjadi tempat tinggal Eduard Douwes Dekker, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Multatuli. 

Multatuli menjabat sebagai Asisten Residen Lebak selama sekitar tiga bulan pada tahun 1856. Meskipun masa jabatannya singkat, ia berhasil mengungkap praktik eksploitasi yang dilakukan oleh penguasa kolonial terhadap penduduk pribumi. Multatuli tidak setuju dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang membiarkan praktik eksploitasi di wilayah jajahannya.

Editor : Imam Rachmawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network