LEBAK, iNewsLebak.id - Produksi palawija di Lebak tembus 2.167 ton pada bulan Januari-Maret tahun 2025. Pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan sektor pertanian lokal yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian masyarakat.
Apa Itu Palawija?
Palawija adalah istilah yang berasal dari bahasa Sanskerta phaladwija yang secara harfiah berarti "tanaman kedua" atau hasil panen kedua setelah padi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), palawija adalah tanaman selain padi yang biasa ditanam di sawah atau ladang, seperti kacang-kacangan, jagung, dan umbi-umbian.
Tanaman ini biasanya ditanam sebagai tanaman selingan setelah panen padi dan berfungsi sebagai rotasi tanaman untuk menjaga kesuburan tanah serta memutus siklus hama dan penyakit.
Palawija juga berperan penting dalam diversifikasi pangan dan ketahanan pangan nasional. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan kering atau lahan yang tidak terpakai, serta membutuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan padi, sehingga cocok ditanam pada musim kemarau atau di daerah dengan keterbatasan irigasi.
Contoh tanaman palawija meliputi jagung, kacang tanah, kacang hijau, singkong, ubi jalar, kedelai, dan rempah-rempah.
Komposisi Produksi Palawija di Lebak
Produksi palawija di Lebak yang tembus 2.167 ton. (Foto: Istimewa)
Produksi palawija yang tembus 2.167 ton terdiri dari beberapa komoditas utama, yaitu jagung sebanyak 573 ton, kacang tanah 124 ton, kacang hijau 1 ton, singkong 925 ton, dan ubi jalar 193 ton.
Komoditas ini menjadi alternatif sumber pendapatan selain padi, terutama di lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Keberagaman palawija ini juga membantu diversifikasi pangan dan meningkatkan ketahanan pangan di wilayah Lebak.
Sistem Kerja Sama Petani dan Pemilik Lahan
Sebagian besar produksi palawija di Lebak berasal dari lahan yang dimiliki oleh BUMN, perusahaan swasta, dan pengembang perumahan yang belum dimanfaatkan.
Petani mengelola lahan tersebut dengan sistem kerja sama berupa sewa atau bagi hasil. Model ini memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak dan mendorong produktivitas lahan yang sebelumnya tidak tergarap.
Pasar dan Distribusi Produksi Palawija
Permintaan palawija dari pasar lokal seperti Rangkasbitung dan pasar tradisional lainnya di Lebak terus meningkat. Selain itu, hasil panen juga didistribusikan ke luar daerah, termasuk Tangerang dan DKI Jakarta, khususnya melalui Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang.
Ketersediaan pasokan palawija yang cukup membantu memenuhi kebutuhan konsumen dan memperkuat posisi produk pertanian Lebak di pasar regional.
Peluang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Palawija
Produksi palawija yang melimpah membuka peluang bagi pengembangan UMKM di sektor olahan pangan. Produk seperti keripik pisang, keripik singkong, keripik ubi jalar, krispy, kerupuk, dan bolu berbasis palawija semakin diminati. Inovasi produk ini tidak hanya menambah nilai jual tetapi juga memperluas pasar bagi petani dan pelaku usaha kecil di Lebak.
Produksi palawija di Lebak yang tembus 2.167 ton pada awal tahun 2025 menjadi bukti nyata kemajuan sektor pertanian lokal. Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui pengembangan UMKM dan pemanfaatan lahan yang lebih optimal.Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat, produksi palawija di Lebak akan terus berkembang, memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi pertanian lokal.
Editor : Imam Rachmawan
Artikel Terkait