Makam Keramat Prabu Dalem Wong Sagati di Sajira Mekar "Jejak Sunyi"

U Suryana
Makam Keramat Prabu Dalem Wong Sagati di Sajira Mekar "Jejak Sunyi" / foto: istimewa

LEBAK, iNewsLebak.id - Di Desa Sajira Mekar, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, terdapat sebuah ruang sunyi di antara sela pepohonan besar nan rindang, yang senantiasa bersenandung bersama desir lembut aliran Sungai Ciberang. Di tempat tenang itulah berdiri Makam Keramat Prabu Dalem Wong Sagati, sebuah situs religius dan bersejarah yang tak hanya menjadi tempat peristirahatan seorang tokoh besar, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan spiritual dan budaya masyarakat Banten Selatan.

Nama Prabu Dalem Wong Sagati hidup dalam memori kolektif masyarakat sebagai seorang ulama penyebar Islam yang diutus dari Cirebon. Ia dikenal karena perjuangannya dalam menyampaikan dakwah Islam di wilayah pedalaman Lebak, mendampingi masyarakat adat dalam proses peralihan keyakinan, sambil tetap menghormati akar budaya lokal yang telah mengakar.

Menurut Abah Badri, seorang tokoh adat yang juga juru pelihara situs, dalam kisah tutur yang berkembang turun-temurun, Prabu Wong Sagati bukan sekadar ulama, melainkan juga pemimpin spiritual. Ia dikenal halus dalam bertutur kata, teguh dalam langkah, dan dalam pemahamannya terhadap nilai-nilai kehidupan. Tak heran jika hingga kini namanya masih disebut dengan penuh takzim oleh masyarakat sekitar dan para peziarah yang datang.

Sebagian kalangan menyebut bahwa Prabu Wong Sagati memiliki garis keturunan dari Prabu Siliwangi, serta memiliki hubungan spiritual dengan Prabu Kian Santang—dua tokoh penting dalam lintasan sejarah Kerajaan Sunda Pajajaran dan proses Islamisasi di tanah Pasundan. Namanya juga dikaitkan dengan para wali penyebar Islam di wilayah barat Pulau Jawa.

“Setiap malam Jumat, serta pada momen-momen tertentu seperti Maulid dan bulan Rajab, makam ini ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah, bahkan hingga luar Provinsi Banten. Ada yang datang membawa hajat, ada pula yang sekadar ingin berdoa dan mengenang jasa sang tokoh yang mereka hormati,” kata Abah Badri, Minggu (22/6/2025).

Warga meyakini bahwa makam Prabu Dalem Wong Sagati menyimpan kekuatan spiritual. Banyak yang mengaku doa-doa mereka terkabul setelah berziarah ke tempat ini. Namun, yang paling dirasakan adalah ketenangan batin yang menyelimuti mereka. Ketika menyusuri jalan kecil menuju makam, duduk di bawah naungan pepohonan tua, dan larut dalam hening bersama lantunan doa, ada rasa damai yang sulit dijelaskan.

Di sekitar kompleks pemakaman, terdapat pula sejumlah makam keramat lainnya. Beberapa ratus meter sebelum tiba di makam utama Prabu Dalem Wong Sagati, terdapat makam-makam tokoh lain seperti Prabu Dalem Hadi, Prabu Larang, Syekh Ahmad (juga dikenal sebagai Dalem Cikur atau Dalem Hade), Prabu Dalem Seda, dan Prabu Mangun Jaya. Seluruhnya diyakini sebagai tokoh-tokoh penting dalam sejarah awal penyebaran Islam di wilayah Sajira dan Lebak bagian barat.

Kesakralan yang Tak Tersentuh Banjir

Pada awal tahun 2020, wilayah Kecamatan Sajira dan sekitarnya dilanda banjir bandang hebat. Derasnya arus menghantam rumah-rumah warga dan fasilitas umum, meninggalkan kerusakan yang tak sedikit. Namun yang mengherankan, area makam Prabu Dalem Wong Sagati tetap utuh dan tak tersentuh derasnya air bah.

Bagi masyarakat setempat, peristiwa ini bukan sekadar kebetulan. Mereka meyakini bahwa kawasan makam dilindungi oleh kekuatan gaib. Hal ini semakin menguatkan keyakinan bahwa tempat tersebut bukan hanya situs sejarah, tetapi juga pusat spiritual yang sakral dan terjaga oleh alam maupun dimensi yang tak kasat mata.

Kompleks makam tidak hanya dijaga oleh para juru kunci, tetapi juga oleh suasana alam yang menyejukkan. Pepohonan besar menaungi area pemakaman, suara burung bersahut-sahutan, dan gemericik air Sungai Ciberang mengiringi setiap langkah para peziarah. Tak jauh dari makam, berdiri warung-warung sederhana yang menyuguhkan makanan dan minuman hangat bagi pengunjung, menambah nuansa keakraban dan keramahan khas pedesaan.

Perjalanan menuju makam Prabu Dalem Wong Sagati dapat ditempuh dari Terminal Rangkasbitung menggunakan angkutan umum jurusan Sajira, atau sekitar 30 menit berkendara dengan mobil pribadi. Meskipun jalan yang dilalui berkelok dan naik turun, perjalanan terasa ringan. Seolah ada daya tarik batin yang mengajak untuk datang, menyapa masa lalu, dan larut dalam ketenangan spiritual.

Makam Prabu Dalem Wong Sagati bukan hanya ruang hening untuk berziarah, tetapi juga simpul sejarah, spiritualitas, dan budaya masyarakat Banten Selatan. Dalam setiap doa yang dipanjatkan di tempat itu, sebenarnya kita sedang menyambung akar dengan tanah tempat kita berpijak—mengenang jejak mereka yang telah lebih dahulu menanam nilai, iman, dan kebijaksanaan.

Editor : U Suryana

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network