Menelusuri Ragam Upacara Adat Banten, Warisan Budaya yang Tetap Lestari Hingga Kini

Nanda Carolinurlita
Momen upacara adat Seren Taun yang setiap tahun digelar masyarakat Banten Kidul. (Foto: MNC)

BANTEN, iNewsLebak.id – Provinsi Banten dikenal tidak hanya dengan destinasi wisata alamnya, tetapi juga dengan kekayaan budaya yang terus hidup di tengah masyarakat. 

Sejumlah upacara adat masih dijalankan secara turun-temurun oleh berbagai komunitas adat, seperti masyarakat Baduy dan Kasepuhan di Kabupaten Lebak. Berdasarkan data Pemprov Banten, terdapat lebih dari 500 komunitas adat kasepuhan di wilayah Lebak, sementara masyarakat Baduy terdiri dari sekitar 13.000 jiwa yang terbagi menjadi Baduy Dalam dan Baduy Luar. 

Tradisi mereka mencakup ritual panen padi, prosesi pernikahan, hingga upacara sakral yang menjaga hubungan manusia dengan alam dan pemerintah. Semua upacara memiliki makna mendalam, baik sebagai wujud syukur, penghormatan pada leluhur, maupun simbol kebersamaan yang terus dilestarikan hingga kini.

5 Upacara Adat di Banten

Upacara adat di Banten memiliki nilai sosial, budaya, sekaligus spiritual. Masyarakat melaksanakannya sebagai cara menjaga hubungan dengan alam, Tuhan, dan sesama. 

Setiap upacara memiliki ciri khas tersendiri, namun semuanya bermuara pada kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berikut 5 rangkuman upacara adat yang ada di Banten:

1. Seren Taun

Seren Taun adalah salah satu upacara adat paling dikenal di Banten, khususnya di masyarakat Kasepuhan di Kabupaten Lebak. Ritual ini digelar setiap tahun sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi, terutama panen padi.

Puncak acara biasanya ditandai dengan prosesi membawa padi ke leuit atau lumbung tradisional. Selain ritual adat, Seren Taun juga diramaikan dengan pertunjukan seni dan budaya lokal, sehingga menjadi ajang kebersamaan warga sekaligus daya tarik wisata budaya.

2. Seba Baduy

Seba Baduy adalah tradisi tahunan masyarakat adat Baduy. Dalam prosesi ini, warga Baduy berjalan kaki dari kampung menuju pusat pemerintahan daerah untuk menyerahkan hasil bumi. Tradisi ini menjadi simbol kepatuhan masyarakat Baduy kepada negara sekaligus menjaga hubungan harmonis dengan pemerintah.

Menariknya, sebagian warga Baduy Dalam menempuh perjalanan jauh tanpa alas kaki. Hal itu mencerminkan ketaatan mereka pada adat yang melarang penggunaan fasilitas modern berlebihan.

3. Ngolotkeun dan Seserahan dalam Pernikahan

Dalam adat Banten, pernikahan memiliki prosesi unik yang berbeda dengan daerah lain, seperti ngolotkeun dan seserahan. Ngolotkeun adalah tahap di mana keluarga calon pengantin perempuan mengirim utusan untuk menentukan waktu akad.

Sementara seserahan berupa pemberian barang dari keluarga laki-laki kepada perempuan, atau sebaliknya. Prosesi ini melambangkan penghormatan antar keluarga dan solidaritas yang mempererat hubungan kekeluargaan.

4. Kawalu di Baduy

Kawalu merupakan rangkaian upacara sakral masyarakat Baduy Dalam setelah masa panen berakhir. Pada periode ini, wilayah Baduy Dalam ditutup untuk kunjungan wisatawan sebagai bentuk penghormatan terhadap kesucian ritual.

Kawalu juga menegaskan filosofi masyarakat Baduy dalam menjaga keseimbangan hidup dan menghargai alam. Bagi warga, masa ini adalah waktu khusus untuk berdoa dan mempererat hubungan dengan Sang Pencipta.

5. Ngaruwat Jagad atau Sedekah Bumi

Selain itu, masyarakat adat Kasepuhan juga memiliki tradisi Ngaruwat Jagad atau sedekah bumi. Upacara ini merupakan wujud syukur atas hasil alam sekaligus doa untuk keselamatan bersama.

Ritual dilakukan dengan berbagai simbol adat, salah satunya doa bersama yang diiringi sesaji. Upacara ini menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai sumber kehidupan masyarakat.

Editor : Imam Rachmawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network