get app
inews
Aa Text
Read Next : Pj Sekda Provinsi Banten Usman Asshiddiqi Qohara Ajak Masyarakat Jaga dan Rawat Pembangunan

Mengenal Baduy Dalam dan Baduy Luar Jadi Syarat Penting Bagi Wisatawan

Selasa, 11 Februari 2025 | 06:30 WIB
header img
Foto: Laman resmi/ Pemda Cimahi

LEBAK,iNewsLebak.id - Mengenal Baduy Dalam dan Baduy Luar menjadi penting bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke wisata Baduy yang terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Perbedaan ini sangat krusial untuk dipahami karena masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar memiliki keunikan budaya dan tradisi masing-masing yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pengunjung.

Dikutip dari laman resmi Kota Cimahi, Baduy atau Kanekes sendiri merupakan salah satu desa di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Desa ini merupakan tempat tinggal bagi suku Baduy, kelompok masyarakat yang sangat menjunjung tinggi kearifan lokal. Per-2018 populasi masyarakat di desa tersebut kurang lebih menyentuh angka 26.000 jiwa dan terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Kedua wilayah tersebut memiliki perbatasan yang ditandai dengan sebuah gubuk bambu sebagai tempat menginap Suku Baduy Dalam saat mereka sedang berladang.

Untuk mengetahui serta mengenal Baduy dalam dan Baduy luar lebih lanjut, simak ulasan berikut yang dikutip dari laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Perbedaan Kedua Wilayah, Baduy Luar dan Baduy Dalam

Untuk mengenal Baduy Dalam dan Baduy Luar, maka wisatawan harus tau perbedaan dari kedua wilayah tersebut, serta kebiasaan masyarakat yang mendiami masing-masing wilayah itu.

Lantas, apa perbedaannya?

Sesuai dengan panggilannya, Baduy Luar, masyarakat Baduy Luar tinggal di luar, atau mengelilingi wilayah dari Baduy Dalam. Hal tersebut yang menyebabkan perilaku masyarakat Baduy Luar cenderung lebih terbuka terhadap para pelancong/ wisatawan dari luar desa mereka. Sebaliknya, masyarakat Baduy Dalam lebih tertutup dan masih memegang erat nilai-nilai leluhur. Sehingga, adat istiadat di Baduy Dalam masih terbilang “murni.”


Jembatan di atas sungai cisemeut jadi penghubung antara Wilayah Baduy Dalam dan Luar. (Foto: laman resmi/ Kemenparekraf)
 

Tak hanya itu, akses menuju Baduy Dalam terbilang cukup jauh, karena bagi para wisatawan yang ingin melihat-lihat bagaimana suasana pedesaan di Baduy Dalam masih harus berjalan sejauh 12 kilometer dari wilayah Baduy Luar. Dalam perjalanannya wisatawan akan melewati bangunan menakjubkan berupa jembatan yang terbuat dari ikatan akar pohon, menjadi penghubung antara Baduy Luar dan Baduy Dalam. Di bawahnya ada Sungai Cisimeut yang seakan menjadi pemisah dari kedua wilayah tersebut. Bangunan itu disebut-sebut menjadi bukti kerjasama antar manusia dengan alam. 

Masyarakat Baduy Dalam memiliki aturan yang melarang penggunaan teknologi di wilayah mereka. Mereka tetap setia pada bahasa asli mereka, yaitu bahasa Sunda dan aksara Hanacaraka, sebagai media komunikasi sehari-hari.

Cara untuk membedakan antara masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar juga bisa melalui pakaian yang mereka gunakan sehari-hari. Suku Baduy Dalam cenderung memiliki aturan berpakaian yang lebih ketat dibanding Baduy Luar. Mereka harus mengenakan pakaian adat berwarna putih atau biru tanpa kancing maupun kerah, dan dilarang menggunakan alas kaki. Berbeda dengan mereka, Suku Baduy Luar lebih sering terlihat mengenakan pakaian berwarna hitam dengan kain ikat biru tua dalam kehidupan sehari-hari.

Aturan Wisata Baduy yang Perlu Diperhatikan

Para wisatawan dapat menikmati keindahan dan keunikan Suku Baduy di Kanekes, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua area di desa tersebut terbuka untuk kunjungan. 

Selain itu, ada aturan-aturan yang perlu dipatuhi, khususnya terkait penggunaan teknologi. Pengunjung tidak diperbolehkan menggunakan atau membawa perangkat seperti ponsel, speaker, radio, laptop, tablet, dan berbagai jenis gawai lainnya. Pengambilan foto juga harus seizin masyarakat setempat. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Baduy, yang sangat menghargai kearifan lokal dan kelestarian alam.

Hal-hal tersebut juga yang mendasari perilaku masyarakat di sana tidak menggunakan barang-barang berbahan kimia untuk menopang kegiatan keseharian mereka. Penggunaan seperti pasta gigi, sabun, ataupun ditergen tidak dapat ditemukan pada masyarakat Baduy karena hal tersebut dianggap sebagai pengrusakan lingkungan. Oleh karena itu, para wisatawan yang hadir harus mematuhi peraturan serta larangan-larangan tersebut dengan tidak membawa barang yang sudah disebutkan.

Editor : Imam Rachmawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut