3 Pola Gizi Kuno yang Kini Diakui Ilmu Modern
 
              
             
             LEBAK, iNewsLebak.id – Di era modern, manusia berlomba menjaga kesehatan lewat berbagai cara, seperti menghitung kalori, mencoba tren diet baru, hingga mengonsumsi suplemen dengan harga selangit. Namun, jauh sebelum istilah “clean eating” atau “whole food” muncul di media sosial, para leluhur kita sebenarnya telah menerapkan prinsip makan sehat secara alami.
Menariknya, sains modern justru membenarkan banyak kebiasaan kuno itu. Berbagai pola makan tradisional terbukti memberi manfaat besar bagi tubuh, mulai dari menjaga metabolisme, menurunkan risiko penyakit kronis, hingga memperpanjang usia.
 
                                                        Berikut tiga gaya makan warisan masa lampau yang kini diakui dan direkomendasikan oleh penelitian masa kini.
Diet Mediterania
Berakar dari kawasan pesisir Mediterania, pola makan ini menonjolkan konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, ikan, sedikit daging merah, dan minyak zaitun sebagai sumber lemak utama.
 
                                                        Sejumlah meta-analisis dan penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa diet Mediterania berhubungan erat dengan penurunan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, hingga perlambatan penurunan fungsi kognitif.
Lebih dari sekadar pilihan makanan, diet ini merupakan refleksi gaya hidup: menikmati makanan bersama keluarga, menghargai hasil bumi, dan menjaga keseimbangan antara tubuh serta lingkungan. Bagi masyarakat kuno Mediterania, makan bukan hanya soal nutrisi, tapi juga perayaan hidup.
Diet Nordik
 
                                                        Dari wilayah Skandinavia dan sekitar Laut Baltik, lahirlah pola makan tradisional yang berfokus pada bahan lokal dan musiman. Menu utamanya meliputi ikan berlemak seperti salmon dan haring, biji-bijian utuh seperti gandum rye dan oatmeal, sayuran akar, buah beri liar, serta minyak biji rapa sebagai sumber lemak sehat.
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet Nordik berhubungan dengan penurunan risiko kematian akibat berbagai penyakit, penurunan kadar kolesterol LDL, peningkatan sensitivitas insulin, serta berat badan yang lebih stabil.
Kesederhanaan pola ini justru menjadi kekuatannya, bahan mudah didapat, rendah olahan, namun kaya zat gizi dan ramah lingkungan. Dalam konteks masa kini, adaptasi pola makan Nordik bisa berarti lebih banyak konsumsi ikan, sayur akar, dan biji-bijian utuh di meja makan kita.
Diet Jepang Tradisional (Washoku)
Pola makan tradisional Jepang, dikenal sebagai washoku, menekankan keseimbangan rasa, warna, dan porsi dalam setiap hidangan. Komposisinya sederhana namun teratur: ikan, sayur, rumput laut, tahu, sedikit daging merah, dan nasi sebagai sumber karbohidrat utama.
Penelitian internasional menunjukkan bahwa orang yang menerapkan pola makan tradisional Jepang cenderung memiliki angka obesitas dan penyakit jantung iskemik yang lebih rendah, serta harapan hidup yang lebih panjang.
Prinsip “Hara hachi bun me” yaitu makan hingga 80% kenyang, menjadi bagian penting dari gaya hidup ini, mengajarkan kesadaran diri dan kendali dalam menikmati makanan. Washoku bukan sekadar menu, tapi filosofi hidup yang menyeimbangkan tubuh, jiwa, dan alam.
Editor : Imam Rachmawan
 
                          
                                      
                                      
                                      
                                      
                      
                                  
                                  
                                  
                                  
                                  
                                 