Penggunaan Vape Terus Meningkat, Bahaya Terhadap Kesehatan Tubuh

Edies Aprilia
Ilustrasi penggunaan vape. (Foto: freepik)

Bahan Kimia yang Terdapat di Vape

Vape mengandung berbagai bahan kimia berbahaya, salah satunya diacetyl, yang sering digunakan untuk memberikan rasa mentega pada uap. Zat ini diketahui dapat memicu penyakit serius pada paru-paru, seperti bronkiolitis obliterans atau "popcorn lung."

Selain itu, proses pemanasan cairan vape menghasilkan aldehida, termasuk formaldehida, yang bersifat karsinogenik atau dapat memicu penyakit kanker.

Meski kadar karsinogen dalam vape lebih rendah dibandingkan rokok konvensional, risiko kesehatan tetap mengancam, terutama dengan penggunaan jangka panjang.

Dampak Buruk Bagi Kesehatan

1. Kerusakan Paru-paru dan Ganguan Jantung

Penggunaan jangka panjangnya dapat meningkatkan risiko gangguan pernapasan, penyakit kardiovaskular, hingga kerusakan paru-paru.

Vaping berdampak buruk pada sistem kardiovaskular, dengan kandungan nikotin yang memicu peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan risiko gangguan jantung.

Penelitian juga mengungkapkan bahwa vaping dapat memicu peradangan tubuh, memperburuk kondisi kesehatan jantung.

Menurut American Lungs Association, kandungan acrolein di dalam vape umumnya digunakan untuk membunuh gulma dan dapat menyebabkan asma, cedera paru-paru akut serta Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

2. Gangguan Pernafasan

Sistem pernapasan pun tak luput dari dampaknya. Meski tidak menghasilkan tar seperti rokok konvensional, uap vape dapat menyebabkan iritasi, peradangan, dan menurunkan fungsi paru-paru.

Selain itu, vitamin E asetat yang terdapat dalam vape juga diyakini sebagai pemicu kerusakan paru-paru atau disebut juga dengan EVALI (e-cigarette or vaping product use-associated lung injury). Kondisi ini ditandai dengan nyeri dada, sesak napas, dan dapat berujung pada gagal napas.

3. Mempengaruhi Perkembangan Otak

Vape juga dapat memengaruhi perkembangan otak permanen bagi remaja dan dewasa muda, terutama yang berusia di bawah 25 tahun. Hal tersebut terjadi karena terdapat nikotin zat adiktif yang dapat menimbulkan rasa ketergantungan, serta mempengaruhi suasana hati, pengendalian diri dan konsentrasi.

Pengguna yang ketergantungan nikotin mungkin mengalami gejala penarikan saat tidak vaping, termasuk kecemasan, iritabilitas, hingga kesulitan konsentrasi.

Editor : Imam Rachmawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network