Selama masa suram itu, Marquez mengaku tidak lagi memikirkan gelar juara. Fokusnya hanya untuk kembali ke lintasan dan menemukan ritme terbaik. “Kita manusia. Saya punya bakat, orang lain juga punya bakat lain, tapi intinya kita hanya berusaha melakukan yang terbaik,” ucapnya.
Kebangkitan bersama Ducati menjadi titik balik karier Marquez. Ia mampu konsisten di papan atas, hingga akhirnya memastikan gelar dunia di Motegi.
“Di putaran terakhir MotoGP Jepang, saya menangis di dalam helm. Rasanya bahkan sulit melihat titik pengereman karena air mata. Gelar ini sangat berarti setelah lima tahun berjuang,” tuturnya dengan penuh emosi.
Gelar ketujuh ini seakan menjadi bukti bahwa semangat juang dan tekad pantang menyerah bisa membawa Marquez kembali ke puncak kejayaan.
Editor : Imam Rachmawan
Artikel Terkait
