Bagi tim SPPG, tantangan dalam menjalankan program ini bukan hal baru. Kondisi jalan rusak menjadi rintangan sehari-hari. Seperti di Desa Barunai, rute yang penuh lumpur dan batu membuat sepeda motor pengantar makanan sering tak kuat melaju.
“Awalnya kami pakai motor, tapi karena medan berat, kami evaluasi. Syukurlah anak Kepala Desa ikut turun tangan. Berkat gotong royong, ratusan anak di Barunai tetap bisa menerima makanan bergizi,” ungkap Usep penuh syukur.
Selain soal distribusi, kesulitan lain datang dari bahan baku. Sekitar 60 persen kebutuhan dapur masih harus dibeli jauh ke Pasar Induk Jati Uwung di Kabupaten Tangerang. Tapi semangat tim di dapur tak pernah surut.
“Kami memanfaatkan masa libur produksi ini untuk evaluasi internal dan pelatihan relawan, agar ketika program dimulai lagi, semua lebih siap. Dapur juga kami bersihkan total supaya tetap higienis,” ujar Usep.
Koordinasi Terus Dilakukan, Harapan Itu Masih Menyala
Di sisi lain, Koordinator Lapangan SPPG Al-Ahkam Cihara, Sofi Mahalali, menuturkan bahwa pihaknya tak tinggal diam. Di tengah berhentinya aktivitas dapur, koordinasi terus dilakukan dengan berbagai pihak agar program MBG bisa segera kembali berjalan.
“Kami terus berkomunikasi dan berkoordinasi, salah satunya dengan Koordinator Wilayah SPPI Kabupaten Lebak, Pak Asep Royani,” ujar Sofi dengan nada tenang namun penuh harap.
Dari hasil koordinasi itu, kata Sofi, saat ini Pak Asep juga tengah berupaya keras menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait, baik di tingkat koordinator regional maupun di Badan Gizi Nasional (BGN), untuk mencari solusi atas persoalan keterlambatan anggaran.
“Beliau sedang berusaha mencarikan jalan keluar terbaik agar dapur-dapur yang berhenti bisa segera kembali beroperasi,” ungkapnya.
Editor : Imam Rachmawan
Artikel Terkait
