LEBAK, iNewsLebak.id – Puluhan hektare lahan perkebunan timun suri di Desa Cilangkahan, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten terancam gagal panen dan petani bakal merugi hingga ratusan juta rupiah.
Pasalnya, pertumbuhan buah tak sesuai harapan. Jika biasanya buah timun suri yang dipanen bobotnya diatas 1 kilogram per buah, kini hasil buahnya tak lebih dari kepalan tangan orang dewasa.
“Biasanya seminggu sebelum bulan puasa kami sedikitnya sudah memanen lebih dari 1 ton buah timun suri, tapi saat ini baru beberapa kilogram saja. Kecil-kecil buahnya” ungkap salah satu petani, Endan, Selasa (14/3/2023).
Hal senada diutarakan oleh Yuni, lahan seluas ½ hektare yang ditanami timun suri dipastikan tak akan kembali modal. Yuni mengaku, telah mengeluarkan biaya sebesar Rp10 juta sejak bulan Januari 2023 lalu.
“Biaya bibit, pupuk, upah kerja, dan lain-lain sudah mencapai Rp10 juta. Yang dipanen tidak ada pak, mau dijual ke pasar kecil-kecil. Paling dimakan anak-anak, atau dibawa pulang ke rumah,” paparnya.
Biasanya, untuk lahan ½ hektare menghasilkan sedikitnya 8 ton timun suri sepanjang bulan puasa. Karena itu, timun suri dari wilayah ini memasok sebagian besar kebutuhan pasar di wilayah Lebak selatan selama bulan puasa.
Dikatakan petani, ancaman gagal panen yang dialaminya disebabkan harga pupuk yang tak terjangkau. Mereka tak memiliki kartu tani hingga akhirnya membeli pupuk non subsidi dengan harga mencapai Rp350-400 ribu.
“Terpaksa beli yang non subsidi, harganya 3 kali lipat dari yang subsidi. Kami kurangi pemakaian pupuknya karena mahal, akhirnya malah jadi begini, buah kecil-kecil dan bakal merugi,” tambah Endan.
Tak hanya itu, petani mengaku petugas Dinas Pertanian tidak pernah menyambangi dan memberikan penyuluhan terhadap petani timun suri disana. Bahkan ancaman gagal panen yang mereka alami pun tak diketahui oleh penyuluh.
Dihubungi terpisah, petugas penyuluh pertanian Kecamatan Malingping saat dikonfirmasi beralasan ancaman gagal panen yang dialami puluhan petani timun suri disebabkan faktor cuaca ekstrem yang terjadi pada saat awal musim tanam.
Terkait pupuk bersubsidi, penyuluh juga memaparkan bahwa tanaman timun suri atau buah-buahan, tidak masuk dalam 9 komoditas yang mendapat alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah.
Anggota DPRD Lebak Buka Suara
Dihubungi lewat sambungan telepon, Anggota DPRD Kabupaten Lebak, Musa Weliansyah mengaku miris dengan kondisi yang dialami puluhan petani tersebut. Pupuk jadi persoalan klasik yang selalu dihadapi para petani, tak hanya petani timun suri.
“Ini permasalahan klasik yang dihadapi ribuan petani di Lebak, sangat miris. Terlebih yang dialami petani timun suri tersebut, saya dengar kerugiannya mencapai ratusan juta rupiah. Dimana peran Dinas Pertanian? Harusnya dicarikan solusi,” tegas Musa, Selasa sore.
Jika mengacu pada alokasi Kartu Tani dan tidak masuk dalam 9 komoditas, kata Musa, bukan berarti petani dibiarkan begitu saja hingga mengalami kerugian yang tak sedikit.
“Kalau pemerintah daerah peka, lokasi pertanian timun suri bisa dijadikan agro wisata. Warga ngabuburit sambil lihat kebun dan petik buah di tempat. Hasilnya kan bisa untuk menutupi biaya pupuk, perawatan dan lain-lain. Harus kreatif dan punya inovasi agar persoalan ini bisa ketemu solusinya,” paparnya.
Untuk itu, Sekretaris Fraksi PPP ini akan berkoordinasi dengan dinas terkait agar keluh kesah petani timun suri di Lebak selatan bisa didengar dan ditindaklanjuti. Mengingat, budidaya timun suri jadi tumpuan petani mendulang pendapatan jelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri mendatang.
Editor : U Suryana