Penulis: Iyang Bahtiar
LEBAK, iNewsLebak.id - Kalau ditelisik istilah Ahlussunah Waljamaah atau kerap disebut Aswaja, itu merupakan gabungan dari tiga komponen. Terminologi Aswaja, ‘Ahlu’ artinya, ahlul bayt atau keluarga rumah tangga, pengikut sunnah sekaligus penduduk surga. ‘As-Sunnah’ jejak dan langkah yang diridhai oleh Allah, menjadi pijakan dalam agama, dan pernah ditempuh oleh Rasulullah beserta para Sahabatnya.
Hal ini mencakup kearifan lokal, yakni ajaran yang dilalui oleh seorang panutan dalam agama, seperti Nabi, Ulama atau para Aulia. Sedangkan ‘Al-Jama'ah’ mengandung arti, menjaga kekompakan, kebersamaan dan kerukunan. Tidak semua aliran mengaku Aswaja, namun kelompok lain pun mengklaim pandangannya masing-masing.
Aswaja, adalah kelompok individu yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar moderat, keseimbangan dan toleran. Mengambil sumber dalil tidak lepas dari Al-Qur’an, Hadis, Ijma Ulama dan Qiyas.
Golongan mayoritas Aswaja berargumentasi landasan hukum-hukumnya berpatokan, diantaranya terhadap aqidah, fiqih dan tasawuf. Untuk konsep aqidah bermadzhab Imam Al-Asy’ariyah dan Imam Al-Maturidiyah, fiqih kepada salah satu empat mazhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Maliki dan Imam Ahmad bin Hambal. Tasawufnya terhadap Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.
Selanjutnya meyakini adanya karamah, syafaat dan barkah. Selalu berziarah kubur sekaligus tawasul, mengamalkan wirid selesai shalat lima waktu dan tradisi tahlilan, mengakui terhadap rukyat dan hisab, antusias maulid, manaqib, istighosah, shalat subuh memakai qunut, berjamaah, haul meminta keberkahan atau karomah, hizib, qobliyah jum’at dan dua adzannya, memakai tongkat dan lain-lain.
Secara garis besar riwayah adanya kelompok aswaja, pada waktu di negeri Mekah banyak manusia yang murtad. Maka setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, bahkan ada tiga golongan yang murtad, Bani Madlaj, itulah kaum Aswad Al Ansi, Bani Hunaifah kaum Musailamah al-Kadzab dan Bani Asad pasukan Thalhah bin Khuwailid.
Ada pula tujuh firqah pada zaman sahabat Rasul, sewaktu rezim khalifah Abu Bakar, dan satu lagi masa khalifah Umar. Sebagaimana Allah berfirman:
“Wahai orang-orang beriman! Barangsiapa diantara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum. Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintainya.” (Surah Al-Maidah. Ayat:54).
Melihat ayat dan riwayah diatas. Syekh Jalaludin Al-Mahali menafsirkan, “Rasulullah berkata: Bahwa suatu kaum ini, dan sekaligus memberi isyarah terhadap Abi Musa Al-Asy'ari.” (H.R. Imam Hakim, dalam Kitab Hasyiyah Showi Ala Jalalain. Juz 1, Hal, 382-383:418. Cetakan Haromain).
Sesudah Rasul wafat semakin banyak yang murtad, maka akhirnya Abu Musa Al-Asy'ari mempersiapkan kandidat, untuk pemimpin selanjutnya. Imam Showi menceritakan, bahwa ada tiga calon kaum Asy'ariah lah yang dipersiapkan. Pertama dari kelompok Muhajirin, itulah Abu Bakar Assidiq, kedua, kaum Anshorin tampilah sahabat Said, ketiga, dari kalangan Ahlul Bayt, adalah Sayidina Ali. 75% suara sah diperoleh dan dimenangkan sahabat Abu Bakar Assidiq.
Hadratusy Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari memberi pencerahan kepada kita semua: “Adapun Aswaja, adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW dan sunnah ulama Khulafaur Rasyidin setelahnya.
Mereka, adalah kelompok yang selamat (Al-Firqah Al-Najiyah). Dan mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam mazhab yang empat, yaitu pengikut Imam Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Ahmad bin Hambal.” (Ziyadat Ta’liqat. Hal, 34-24).
Kesesatan-kesesatan pasti banyak dan sudah terjadi, namun manusia tidak akan sepakat atas kesesatan tersebut. Karenanya, apabila ada perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas. Apalagi di era modern ini, tentunya dinamika pro dan kontra pasti ada. Akan tetapi tetap waspadai terhadap gerakan yang menyimpang, dan tetap konsisten bersama faham Aswaja.
Kesimpulannya, Aswaja adalah faham yang tentunya telah diajarkan oleh Rasulullah, meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau, yang telah menjadi konsensus para sahabat nabi. Mayoritas umat Rasulullah mengikuti faham Aswaja, baik bidang aqidah, fiqih dan tasawuf, khususnya di tatar Nusantara ini.
Penulis adalah seorang santri di Lebak bagian selatan
Editor : U Suryana