Apa Itu Tren Kabur Aja Dulu? Tagar yang Jadi Simbol Perlawanan Masyarakat

LEBAK,iNewsLebak.id - Tagar Kabur Aja dulu atau #KaburAjaDulu menjadi tren yang sedang ramai di media sosial belakangan. Tren ini merembak disinyalir karena masyarakat resah dengan kondisi ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia. Tagar ini bukan semata-mata sebagai kalimat ajakan untuk meninggalkan Indonesia untuk sementara, tetapi juga sebagai simbol bagi masyarakat untuk memberitahukan kepada pemerintah jika kondisi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pemerintah, harus mengambil tindakan dari kondisi ini.
Namun, alih-alih mendengarkan, pemerintah justru mengeluarkan beberapa kebijakan yang malah menjadi alasan kenapa tagar Kabur Aja Dulu menjadi terus menjamur di sosial media. Beberapa isu seperti gas subsidi 3kg langka, penegakan hukum oleh aparat yang dinilai tidak mampu membantu masyarakat, hingga mahasiswa/i pengguna KIPK yang terancam tidak dapat melanjutkan kuliahnya, imbas efisiensi anggaran yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo.
Hal-hal tersebut seolah menjadi bahan bakar dari tagar ini. Kabur Aja Dulu tidak begitu saja muncul, tetapi akibat kemarahan masyarakat yang secara akumulatif sudah terkumpul.
Lalu, Apa itu Tren Kabur Aja Dulu? Dan dari mana tren ini berasal? Simak artikel berikut, dirangkum dari berbagai sumber.
Apa itu tren Kabur Aja Dulu? Darimana tren ini berasal? (Foto: Freepik)
Kabur Aja Dulu pada mulanya masif digunakan di sosial media X (dulu Twitter). Tagar tersebut mengajak masyarakat untuk meninggalkan Indonesia agar menjadi pekerja atau melanjutkan studi di luar negeri. Hal tersebut lantaran beberapa orang menilai kinerja dan ilmu jauh lebih dihargai di luar negeri dibandingkan dengan di Indonesia.
Tagar yang digunakan dengan “#KaburAjaDulu” oleh netizen sekaligus menjadi jawaban akan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan dengan gaji yang layak di Indonesia. Berkaitan dengan itu, pernyataan dari Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi turut viral di media sosial, dirinya meragukan nasionalisme orang-orang yang mengambil sikap untuk meninggalkan negeri.
“Nah, kalo teman-teman berfikir untuk pindah ke luar negeri, saya malah meragukan nasionalisme kalian,” ucap Bahlil.
Video tentang pernyataannya tersebut kemudian tersebar di berbagai sosial media, khususnya TikTok, banyak dari netizen yang mengkritik pernyataan Menteri ESDM tersebut.
Mantan Menko Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD dalam akun X nya juga turut menanggapi tren ini. Menurutnya, rasa nasionalisme juga bisa luntur apabila para pemegang kebijakan tidak mampu menjaga kesejahteraan masyarakatnya.
“Rasa tanah air bisa luntur bila di negara sendiri tumbuh kesewenangan-wenangan, ketidakadilan, dan lemahnya perlindungan HAM. Kalau hal itu yang terjadi bisa muncul pikiran bahwa di negara sendiri hidup tak aman dan tak nyaman, enak di negara orang,” dikutip dari akun X resminya, @mohmahfudmd.
Anies Rasyid Baswedan juga turut menanggapi tagar Kabur Aja Dulu ini, Dirinya menjawab pertanyaan netizen tentang “bagaimana tetap mencintai negara dalam kondisi sulit?”
Menurutnya nasionalisme atau rasa cinta tanah air tidak hanya saat negara sedang baik-baik saja, tetapi justru cinta itu diuji ketika negara sedang menghadapi banyak tantangan.
“Cinta Indonesia itu, bukan sekadar bangga saat negara sedang baik-baik saja. Justru cinta itu diuji ketika negara sedang menghadapi banyak tantangan, sedang butuh perubahan,” katanya dalam vidio berdurasi 2.45 menit di akun media sosial X miliknya.
Mantan Calon Presiden tersebut juga mengatakan jika cinta Indonesia itu tidak ada hubungannya dengan lokasi tempat tinggal.
“Nasionalisme itu bukan soal di mana kita tinggal, tapi bagaimana kita tetap memberi manfaat bagi negeri ini, sekecil apapun,” lanjut Anies.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menanggapi fenomena ini sebagai tantangan bagi pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja yang baik bagi masyarakat. Menurutnya, fenomena ini lahir bukan karena masyarakat benar-benar ingin kabur ke luar negeri, melainkan untuk mendapatkan kesempatan kerja yang layak.
Sementara itu, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer malah menanggapi sebaliknya, saat ditemui oleh wartawan di Kantor Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT), Noel mengatakan bagi masyarakat yang ingin tinggalkan negeri tidak usah kembali lagi.
"Mau kabur, kabur sajalah. Kalau perlu jangan balik lagi,” kata Noel pada Senin (17/02/2025) lalu.
Editor : Imam Rachmawan