Angka Pengangguran di Lebak Didominasi Laki-laki, Apa Penyebabnya?

LEBAK, iNewsLebak.id - Tingkat pengangguran di Kabupaten Lebak pada tahun 2025 masih menunjukkan dominasi laki-laki dibandingkan perempuan.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lebak, tingkat pengangguran laki-laki pada tahun 2024 mencapai 6,52 persen, lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sebesar 5,75 persen.
Angka ini menunjukkan bahwa pengangguran di Lebak masih didominasi oleh laki-laki meskipun secara keseluruhan tingkat pengangguran mengalami penurunan.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Lebak pada tahun 2024 tercatat sebesar 6,22 persen dari total penduduk usia kerja, turun 1,35 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 7,57 persen.
Penurunan ini terjadi seiring dengan bertambahnya lapangan kerja yang disebabkan oleh masuknya investor ke wilayah tersebut, sehingga Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) meningkat.
Menariknya, TKK perempuan lebih tinggi yaitu 94,25 persen dibandingkan TKK laki-laki yang hanya 93,48 persen, menandakan lebih banyak perempuan yang berhasil terserap di dunia kerja.
Kepala BPS Lebak, Yuliansarwo Edi, menjelaskan bahwa meskipun angka pengangguran menurun, masalah pengangguran laki-laki tetap menjadi perhatian serius karena berdampak tidak hanya pada aspek ekonomi tetapi juga sosial.
“Secara angka, pengangguran di Kabupaten Lebak tahun 2024 ini mengalami penurunan, ini terjadi karena meskipun seiring dengan penambahan penduduk usia kerja tetapi diiringi dengan penambahan lapangan pekerjaan,” ungkapnya, Rabu (4/06/2025).
Ia menegaskan perlunya upaya bersama dari pemerintah pusat dan daerah untuk terus menurunkan angka pengangguran ini agar tidak menimbulkan masalah yang lebih luas.
“Menurunnya angka pengangguran ini bisa menjadi apresiasi pemerintah, namun tetap harus menjadi perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah untuk segera dicarikan solusinya agar angkanya semakin turun,” tambahnya.
Fenomena dominasi pengangguran laki-laki ini juga sejalan dengan tren di tingkat provinsi Banten, di mana TPT laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding perempuan, meskipun perbedaannya semakin kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa perempuan semakin mampu bersaing di pasar kerja, sementara laki-laki masih menghadapi hambatan dalam mendapatkan pekerjaan.
Upaya penanganan pengangguran di Lebak perlu difokuskan pada peningkatan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja laki-laki. Selain itu, penguatan sektor UMKM dan pemanfaatan potensi lokal dapat menjadi strategi efektif untuk mengurangi pengangguran secara berkelanjutan.
Dengan demikian, meskipun terjadi penurunan angka pengangguran secara umum, ketimpangan gender dalam pengangguran di Lebak masih menjadi tantangan yang harus diatasi agar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara merata.
Editor : Imam Rachmawan