Lonjakan Kekerasan Anak di Lebak Melebihi Jumlah Kasus Tahun Lalu

Fuji menyoroti minimnya pengawasan dari orang tua sebagai salah satu penyebab utama kekerasan terhadap anak. Terutama, orang tua yang bekerja di luar rumah dalam waktu lama atau yang menjadi pekerja migran di luar negeri.
“Banyak anak ditinggal orang tuanya bekerja di sawah atau ke luar negeri seperti Arab Saudi. Penggunaan gadget juga sangat berpengaruh,” jelasnya.
Ia menyebut bahwa media sosial juga menjadi pintu masuk berbagai bentuk kekerasan, khususnya pelecehan seksual. Anak-anak yang tidak mendapat pendampingan sering kali berinteraksi dengan orang asing melalui perangkat digital tanpa kontrol.
Yang lebih memprihatinkan, kata Fuji, pelaku kekerasan justru berasal dari lingkungan terdekat korban.
“Pelakunya bisa dari dalam keluarga sendiri seperti ayah tiri, kakek tiri, paman, bahkan pacar atau pegawai desa seperti kasus yang terjadi kemarin itu,” imbuhnya.
Fuji menegaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan kepolisian untuk menangani setiap kasus secara maksimal. Penanganan tidak hanya mencakup pendampingan psikologis, tetapi juga proses hukum terhadap pelaku.
“Kami kerja sampai malam, setiap laporan langsung ditindaklanjuti. Dari UPT sebagai pendamping, Polres sebagai penangan hukum, semuanya sudah maksimal,” ucapnya.
Ia mengimbau agar orang tua lebih memperhatikan anak-anak mereka, terutama di masa perkembangan usia pubertas. Komunikasi yang baik antara anak dan orang tua dinilai sebagai kunci pencegahan kekerasan.
“Anak harus mendapat perhatian lebih. Jangan biarkan anak merasa hidup sendiri. Orang tua harus tahu setiap keluh kesah anaknya. Peran ibu dan ayah sangat penting dalam masa puber anak,” pungkas Fuji.
Editor : Imam Rachmawan