get app
inews
Aa Text
Read Next : Pemprov Banten Kucurkan Rp5 Miliar untuk Bangun Jalan Usaha Tani 2,5 Km di Wanasalam

Seren Taun Kasepuhan Cisungsang: Tradisi Syukur Panen yang Kini Jadi Agenda Nasional

Selasa, 23 September 2025 | 20:25 WIB
header img
Tradisi Seren Taun Kasepuhan Cisungsang di Banten. Sumber: Istimewa

Masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang kembali menggelar upacara adat tahunan Seren Taun dengan meriah. Perayaan yang berlangsung pada 23–30 September 2024 ini bukan sekadar pesta panen, melainkan simbol rasa syukur atas melimpahnya hasil bumi yang diperoleh masyarakat selama satu tahun penuh. Selama enam hari, Cisungsang dipadati ribuan orang yang hadir untuk menyaksikan sekaligus ikut serta dalam berbagai rangkaian kegiatan adat maupun pertunjukan budaya.

Seren Taun memiliki kedudukan istimewa bagi masyarakat adat Cisungsang. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun dan diwariskan lintas generasi. Inti dari upacara adalah penghormatan terhadap padi sebagai sumber kehidupan, sekaligus wujud penghargaan kepada alam yang memberikan kesejahteraan. Karena itulah, setiap tahunnya masyarakat bersama-sama menggelar prosesi adat dengan penuh kekhidmatan.

Tahun ini, ada yang berbeda. Untuk pertama kalinya, Seren Taun Kasepuhan Cisungsang masuk ke dalam 110 Karisma Event Nusantara (KEN), sebuah program strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI yang menyoroti agenda budaya unggulan di Indonesia. Bersama Seba Baduy dan Festival Multatuli, Seren Taun ditetapkan sebagai salah satu event unggulan Banten di tingkat nasional. Pengakuan ini semakin menegaskan bahwa Seren Taun bukan hanya milik Cisungsang, tetapi juga kekayaan budaya Indonesia yang layak dipromosikan ke dunia.

Rangkaian Prosesi Penuh Makna

 Seren Taun selalu diwarnai dengan prosesi adat yang panjang dan penuh filosofi. Acara diawali dengan Rasul Pare di Leuit, yakni penyimpanan padi hasil panen ke dalam lumbung. Padi ini disimpan sebagai stok pangan jangka panjang, sekaligus bentuk penghormatan terhadap Nyi Pohaci, dewi padi yang diyakini masyarakat Cisungsang sebagai pemberi kehidupan.

Prosesi dilanjutkan dengan Salamat Beberes Ngueh, yaitu selamatan setelah pembuatan kue tradisional untuk perayaan puncak. Kemudian, ada Bubuka, sebuah ritual yang menghadirkan kesenian khas Sunda seperti pantun tradisional, musik, dan tarian.

Tak kalah penting, ada Balik Taun Rendangan, yaitu pertemuan kelompok masyarakat adat (Rendangan) dengan ketua adat (Abah) di Imah Gede. Dalam pertemuan ini, para ketua kelompok melaporkan hasil panen dan kondisi masyarakat sepanjang tahun. Ritual berikutnya adalah Ngareremokeun, persembahan pujian yang dilantunkan oleh para sesepuh untuk menghibur Nyi Pohaci.

Puncaknya, seluruh prosesi diakhiri dengan pemasukan padi ke lumbung sebagai tanda dimulainya siklus tanam yang baru. Simbol ini menegaskan bahwa kehidupan masyarakat Cisungsang berputar mengikuti irama alam, dengan padi sebagai pusatnya.

Magnet Wisata Budaya

Tak hanya menjadi ajang ritual, Seren Taun juga berhasil menarik perhatian wisatawan. Data panitia mencatat, setidaknya 2.288 orang terlibat sepanjang penyelenggaraan, baik sebagai pengunjung, pelaku UMKM, maupun elemen masyarakat adat. Kehadiran wisatawan dari luar daerah juga menambah semarak perayaan, menjadikan Seren Taun salah satu magnet wisata budaya di Banten.

Meriah dengan Pertunjukan Seni

Selain prosesi adat, Seren Taun juga diramaikan oleh beragam pertunjukan kesenian. Mulai dari jaipongan, wayang golek, hiburan musik band, hingga atraksi budaya Lais. Tidak ketinggalan, digelar pula kirab budaya Nusantara yang melibatkan pelajar SD, SMP, SMA, hingga kelompok pemuda. Sekitar 2.000 orang turut serta dalam kirab ini, baik sebagai peserta maupun penonton. Atmosfer kebersamaan dan semangat pelestarian budaya begitu terasa sepanjang acara.

UMKM Lokal Ikut Terangkat

Masuknya Seren Taun ke agenda KEN juga berdampak pada sektor ekonomi. Selama penyelenggaraan, terdapat sekitar 20 stan UMKM dari Kasepuhan Cisungsang, Baduy, dan sekitarnya. Produk yang ditawarkan pun beragam, mulai dari kerajinan tangan khas Banten hingga kuliner tradisional. Hal ini menjadi bukti bahwa Seren Taun tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membuka ruang untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.

Tradisi yang Menjadi Identitas

Seren Taun Kasepuhan Cisungsang kini memiliki dua wajah: sebagai ritual adat yang sakral dan sebagai event pariwisata yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi. Meski demikian, bagi masyarakat Cisungsang, makna terdalam dari Seren Taun tetaplah rasa syukur kepada Sang Pencipta dan penghormatan terhadap alam.

Dengan masuknya Seren Taun ke dalam Karisma Event Nusantara, diharapkan tradisi ini semakin dikenal luas, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional. Seren Taun pun menjadi bukti bahwa warisan budaya lokal bisa hidup berdampingan dengan perkembangan zaman, sekaligus menjadi jembatan bagi masyarakat adat untuk berkontribusi pada pariwisata dan ekonomi kreatif.

 

Editor : Imam Rachmawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut