Cuaca Ekstrem Picu ISPA! Dinkes Lebak Keluarkan Imbauan Kesehatan
LEBAK, iNewsLebak.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) seiring perubahan cuaca ekstrem pada musim pancaroba. Kondisi suhu yang tidak menentu dinilai memicu penyebaran virus dan bakteri lebih cepat, terutama pada kelompok rentan.
Imbauan tersebut disampaikan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Lebak, dr Firman Rahmatullah, yang menekankan pentingnya upaya pencegahan melalui pola hidup bersih dan sehat.
“Kita minta masyarakat terhindar dari ISPA dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menjaga imunitas tubuh,” ujar Firman di Rangkasbitung, Senin (17/11/2025).
Firman menjelaskan, perubahan cuaca dari panas terik ke hujan deras membuat daya tahan tubuh masyarakat lebih mudah turun. Virus influenza, adenovirus, hingga bakteri penyebab pneumonia berkembang lebih cepat saat udara lembap dan kualitas udara menurun.
Menurutnya, faktor polusi udara juga memperburuk kondisi saluran pernapasan. Paparan asap rokok, ventilasi rumah yang tidak memadai, dan lingkungan yang tercemar dapat meningkatkan risiko iritasi hingga infeksi. Ia menegaskan bahwa kombinasi antara cuaca ekstrem dan polusi menjadi pemicu naiknya kasus ISPA di berbagai wilayah Lebak.
Karena itu, Dinkes kembali mendorong masyarakat memperkuat daya tahan tubuh melalui asupan gizi seimbang, mencukupi kebutuhan cairan, dan istirahat yang cukup. Firman juga mengingatkan warga agar tetap menggunakan masker di ruang publik dan menjaga kebersihan tangan.
“Konsumsi makanan bergizi, cukup minum air putih, gunakan masker, dan rajin mencuci tangan. Itu langkah sederhana yang sangat efektif,” katanya.
Ia menambahkan, perilaku pencegahan terbukti dapat menekan risiko infeksi pernapasan, terutama bagi anak-anak dan lansia. Dinkes juga meminta masyarakat menghindari asap rokok, termasuk asap rokok pasif yang sering menjadi pemicu ISPA di lingkungan keluarga.
Firman menjelaskan, sebagian besar pasien ISPA di Lebak menjalani pengobatan di puskesmas, klinik, maupun rumah sakit. Ia menekankan bahwa ISPA dapat berkembang menjadi kondisi berat jika terlambat ditangani. Pneumonia, misalnya, merupakan komplikasi yang berpotensi fatal.
“ISPA cukup berbahaya, apalagi bila sudah disertai pneumonia. Kondisi itu membuat pasien sulit ditolong,” ujarnya.
Dinkes mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai gejala ISPA seperti batuk, demam ringan, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, hingga sesak napas. Apabila gejala tidak membaik atau semakin parah, warga diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak mencatat 37.787 kasus ISPA terjadi sepanjang Januari–September 2025, dengan satu kasus kematian. Angka tersebut menunjukkan ISPA masih menjadi penyakit yang harus diwaspadai, terutama pada masa pancaroba.
Editor : Imam Rachmawan