Urban Farming Rangkasbitung Dorong Swasembada Pangan Lewat Pupuk Organik dan Sayuran Lokal
LEBAK, iNewsLebak.id – Komunitas Urban Farming Rangkasbitung, Lebak, Banten, tengah gencar mengembangkan produksi pupuk organik dan usaha pertanian serta perikanan. Upaya ini dilakukan guna menjaga ketersediaan pangan dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Urban farming Lebak terdiri dari 85 anggota dan 11 pengurus yang siap sedia mendukung swasembada pangan lewat pengembangan produksi pupuk organik dan usaha pertanian dan perikanan.
Ketua Urban Farming Rangkasbitung, Faesal Rahmat, mengatakan bahwa langkah ini merupakan salah satu upaya memastikan ketahanan pangan harus diwujudkan tanpa bergantung pada kegiatan impor.
“Kami mengembangkan pertanian itu untuk mendukung swasembada pangan," ungkap Faesal, Selasa (2/11).
Lebih lanjut, ia menjelaskan pupuk organik yang diproduksi berasal dari fermentasi kotoran hewani dan limbah yang dihasilkan rumah tangga dan restoran. Kemudian, pupuk tersebut diolah secara ahli oleh petani milenial.
Produksi terus berlanjut hingga ke budidaya aneka sayuran, seperti terung, pare, kacang panjang, oyong, cabai, dan ketimun. Tak hanya itu, hortikultura, palawija, perikanan, pembenihan tanaman perkebunan juga dilakukan. Hasil dari budidaya tersebut akan dipasok ke pasar lokal dan untuk memenuhi kebutuhan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Di wilayah lain, Ketua Urban Farming Komunal Bersama Desa Kaduagung Barat, Maya, mengungkapkan pihaknya ikut serta mengembangkan aneka sayuran di lahan seluas 400 meter.
“Kita sudah beberapa kali panen aneka sayuran dan cabai di lahan 400 meter dan hasilnya sepenuhnya untuk warga,” jelasnya.
Sementara, Pengurus Petani Urban Farming Lebak, Kiwong, menjelaskan untuk mempercepat penguraian bahan organik, pihaknya rutin memproduksi pupuk kandang dengan sistem fermentasi dari kotoran hewan yang kemudian dicampur air gula serta pemberian EM4. Hal tersebut sudah ia lalukan sejak 2021 hingga sekarang dan terbukti dapat menguraikan bahan organik dalam kurun waktu satu bulan.
Mereka juga membuat media tanam yang terdiri dari pupuk kandang, tanah subur, dan sekam bakar hingga siap digunakan sebagai kompos. Permintaan pasar yang cukup tinggi membuat komunitas tersebut kini memproduksi pupuk padat cair yang berasal dari limbah hewani, nabati, hingga restoran.
Ia menyebutkan, setiap bulan pihaknya mendapatkan omzet yang cukup baik dari hasil penjualan pupuk organik.
“Produksi pupuk kandang dan media tanam itu sebanyak 400 pak dan dijual Rp15 ribu/pak dan pupuk cair sebanyak 200 miligram dijual Rp15 ribu,” jelasnya.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, memberi apresiasi atas gerakan tersebut. Tidak hanya mendukung swasembada pangan, mereka juga berhasil menjadi pemasok pangan beras hingga beragam sayuran.
"Kami juga melakukan pembinaan kepada petani milenial yang tergabung dalam komunitas itu," tutupnya.
Editor : Imam Rachmawan