Meski demikian, tantangan distribusi masih muncul pada sejumlah wilayah terpencil. Kondisi geografis dan cuaca ekstrem kerap mempersulit mobilisasi makanan ke sekolah-sekolah tertentu.
Ia mencontohkan satu unit SPPG di Kecamatan Wanasalam yang kesulitan menjangkau sekolah akibat akses jalan yang masih berupa tanah. Pada situasi tersebut, distribusi dilakukan dengan cara menyesuaikan waktu keberangkatan petugas.
"Saat ini terdapat satu SPPG di Kecamatan Wanasalam mengalami kesulitan pendistribusian makanan ke sekolah, karena jalan menuju sekolah masih tanah dan terpencil sehingga tidak bisa dilintasi kendaraan," ujar Asep.
"Kita tetap distribusikan makanan, tetapi waktu saja dilakukan lebih awal," sambungnya.
Di sisi lain, para siswa mengaku merasakan langsung manfaat dari program tersebut. Makanan yang diterima tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga mengurangi pengeluaran harian.
"Kami merasa bahagia dan senang menerima makanan MBG sesuai selera dan tidak perlu makan lagi di rumah," kata Yusuf, siswa SD Swasta Al-Furqon Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
Asep menambahkan bahwa program ini berjalan baik pada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA. Ia memastikan layanan MBG terus dipantau agar memenuhi standar gizi yang telah ditetapkan.
"Kami mengapresiasi Program MBG berjalan lancar untuk pemenuhan gizi anak, mulai jenjang SD/MI, SMP/Mts, dan SMA/SMK/MA," ucap Asep Royani.
Editor : Imam Rachmawan
Artikel Terkait
