Banjir Bukan Cuma Soal Penebangan Hutan, Ini 6 Kesalahan Umum Membaca Deforestasi

Sabda Maulana
Deforestasi hutan. Sumber: istimewa

LEBAK, iNewsLebak.id — Hubungan antara banjir dan deforestasi sering dipahami secara linier. Hilangnya hutan kerap dianggap otomatis memicu banjir. Cara baca ini terlihat masuk akal, tetapi menyederhanakan kenyataan. Banjir bukan hasil satu sebab tunggal, melainkan pertemuan banyak proses alam dan aktivitas manusia yang bekerja bersamaan. Ketika deforestasi diposisikan sebagai satu-satunya variabel, kompleksitas tersebut justru hilang dari penjelasan.

Hutan Dianggap Selalu Bekerja Seperti Spons Raksasa

Hutan kerap dibayangkan mampu menyerap air tanpa batas. Gambaran ini membuat hutan seolah dapat mencegah semua jenis banjir. Padahal, tanah memiliki kapasitas simpan air yang terbatas. Ketika kapasitas tersebut terlampaui, air akan tetap mengalir ke permukaan.

Pada hujan yang sangat deras dan berlangsung lama, tanah akan jenuh. Dalam kondisi ini, keberadaan hutan tidak serta-merta menghentikan limpasan. Banjir yang terjadi bukan kegagalan hutan, melainkan batas alami sistem tanah. Menganggap hutan selalu mampu menahan air justru menyesatkan cara memahami banjir.

Dampak Deforestasi Disamakan di Semua Skala Wilayah

Kesalahan lain muncul ketika dampak deforestasi digeneralisasi di berbagai skala wilayah. Temuan di area kecil sering digunakan untuk menjelaskan banjir di sistem sungai yang luas. Padahal, dinamika aliran air pada wilayah sempit berbeda dengan cekungan sungai besar.

Pada skala kecil, perubahan tutupan lahan memang dapat memengaruhi banjir ringan hingga menengah. Namun, pada banjir besar yang melibatkan wilayah luas, faktor cuaca berskala besar menjadi lebih dominan. Dalam kondisi ini, kehilangan hutan di satu bagian hulu tidak lagi menjadi penentu utama. Mengabaikan perbedaan skala membuat hubungan sebab-akibat tampak lebih sederhana dari kenyataan.

Semua Banjir Dianggap Akibat Langsung Deforestasi

Deforestasi sering dijadikan penjelasan tunggal atas setiap kejadian banjir besar. Cara pandang ini menghapus peran faktor lain yang bekerja bersamaan. Padahal, banjir hampir selalu lahir dari pertemuan banyak kondisi pada waktu yang sama.

Curah hujan ekstrem, perubahan penggunaan lahan, hingga modifikasi aliran air oleh manusia ikut membentuk risiko banjir. Ketika satu faktor diangkat sendirian, penjelasan menjadi timpang. Menyalahkan deforestasi memang mudah, tetapi tidak selalu tepat dan kerap menghasilkan solusi yang meleset sasaran.

Perubahan Kawasan Terbangun Sering Diabaikan

Perubahan kawasan juga berperan besar dalam pembentukan banjir. Permukaan keras seperti jalan, bangunan, dan kawasan industri membuat air bergerak lebih cepat menuju sungai tanpa sempat tertahan. Limpasan dari wilayah ini dapat memicu lonjakan debit air secara mendadak.

Namun, faktor kawasan terbangun sering berdiri di luar narasi deforestasi. Ketika perhatian hanya tertuju pada hilangnya hutan, kontribusi limpasan dari wilayah terbangun kerap luput dibahas. Padahal, dalam banyak kasus, dampaknya bahkan lebih terasa dibanding hilangnya tutupan hutan.

Hubungan Banjir dan Deforestasi Disederhanakan Tanpa Konteks

Penjelasan tentang banjir sering berhenti pada jawaban hitam dan putih. Pendekatan ini mengabaikan perbedaan kondisi tanah, jenis hutan, dan tahap perubahan lahan. Padahal, efek deforestasi tidak seragam di setiap tempat.

Hutan muda, hutan tua, tanah berpasir, dan tanah liat memberikan respons yang berbeda terhadap hujan. Kehilangan kanopi dan akar memang dapat meningkatkan risiko banjir, tetapi besarnya dampak tidak bisa digeneralisasi. Tanpa konteks, kesalahan membaca hubungan keduanya menjadi sulit dihindari.

Membaca Banjir Secara Lebih Utuh

Kesalahan umum dalam memahami hubungan banjir dan deforestasi muncul karena penjelasan disempitkan pada satu variabel atau satu peristiwa. Risiko banjir terbentuk dari interaksi berbagai faktor, mulai dari intensitas hujan hingga perubahan penggunaan lahan yang berlangsung bersamaan. Ketika salah satu faktor dilepaskan dari konteksnya, kesimpulan yang dihasilkan cenderung menyederhanakan proses yang sebenarnya jauh lebih kompleks.

Editor : Imam Rachmawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network