LEBAK, iNewsLebak.id – Kecamatan Malingping merupakan salah satu wilayah penghasil bahan baku anyaman pandan di Kabupaten Lebak, Banten. Bahan baku hasil perajin dikirim ke Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Untuk satu kilogram bahan baku anyaman daun pandan, penampung membeli dari perajin seharga Rp5-10 ribu. Harga tersebut mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir.
Salah satu perajin asal Desa Sukamanah, Timan, mengaku dalam waktu 45 hari ia bisa menghasilkan 100 kilogram daun pandan kering yang siap diproduksi untuk membuat kerajinan tangan.
“Prosesnya agak rumit sampai jadi bahan baku seperti ini. Untuk dapat 1 kwintal bahan baku anyaman daun pandan makan waktu sekira satu setengah bulan,” ujar Timan saat ditemui di rumahnya, Sabtu (25/3/2023).
Dalam setahun, lebih dari satu ton baku anyaman pandan keluar wilayah Lebak hasil dari beberapa perajin yang ada di Desa Sukamanah, tanpa diolah menjadi kerajinan tangan.
Daun pandan didapat dari wilayah sekitar
Sebagian wilayah Kecamatan Malingping merupakan area pantai yang banyak ditumbuhi pohon pandan. Di sepanjang pantai tumbuh subur tanaman pandan.
Perajin biasanya memetik daun pandan untuk dibuat bahan baku. Mereka mengambil seperlunya agar tanaman pandan tetap lestari dan tumbuh.
Tak jarang, perajin menanam kembali bibit pohon pandan di sempandan pantai agar tanaman pandan terus ada dan mereka bisa tetap hidup dari daun yang diambil.
Perajin bahan baku anyaman daun pandan sedikit jumlahnya
Bahan baku daun pandan yang mudah didapat, ternyata tak membuat banyak orang berminat untuk mengolahnya. Proses yang rumit dan harga jual yang murah jadi alasan.
Di desa Sukamanah, ada sekitar 10 perajin saja. Prosesnya memang rumit, mulai dari membersihkan daun, menyayat, hingga merebus dan menjemur dibawah panas terik matahari.
Harga jualnya juga sangat murah, tak sebanding dengan serangkaian proses yang dikerjakan.
Warga tak miliki keterampilan membuat kerajinan yang bernilai ekonomi
Bahan baku anyaman daun pandan seluruhnya dijual ke wilayah Jawa Barat, khusunya ke Kabupaten Tasikmalaya. Pembeli datang langsung ke lokasi perajin tiap bulannya.
Warga tak punya bekal keterampilan untuk membuat kerajinan jadi yang bernilai ekonomi lebih, ketimbang hanya dijual dalam bentuk bahan baku.
Padahal, warga dan perajin sangat paham, jika dibuat kerajinan seperti tikar, topi, atau tas anyaman akan mendapat pemasukan yang lebih menjanjikan.
“Di desa ini tidak ada yang mahir atau punya keterampilan membuat kerajinan. Padahal dekat sini kan banyak wisata pantai. Ingin buat topi dan tas dari anyaman pandan dan dijual sebagai oleh-oleh,” ungkap Timan.
Perlu perhatian pemerintah daerah
Melihat kondisi kampung Talanca, tempat Timan dan beberapa perajin tinggal, bisa dikatakan hidup dibawah garis kemiskinan. Sebagian besar rumah mereka terbuat dari bilik bambu dengan sanitasi seadanya.
Dengan hanya mengandalkan hasil membuat bahan baku daun pandan dan berkebun seadanya, dalam sehari penghasilan mereka tak lebih dari Rp50 ribu.
Sebenarnya, potensi besar jika pemerintah bisa mau membekali warga dengan beragam keterampilan membuat kerajinan atau souvenir.
Ketika ditanya, warga khususnya ibu-ibu menyatakan kesiapannya jika ada program pelatihan menganyam yang diperuntukkan bagi mereka.
Dalam sorotan mata mereka tersirat keinginan kuat untuk merubah nasib. Mereka butuh perhatian pemerintah daerah, ditengah hiruk pikuknya destinasi wisata pantai di Lebak selatan yang sudah pasti memiliki market dari kalangan pelancong.
Editor : U Suryana