Dalam cengkraman kekuasaan seperti itu, kehadiran kelompok perubahan selalu dinantikan, untuk berani tampil dengar resiko pahit. Menyuarakan cita-cita perubahan harus benar-benar konkret, dijiwai semangat patriotisme pembelaan kepada kaum arus bawah demi kepentingan kebangsaan.
Di sini diperlukan sosok-sosok kaum pembaharu yang bersuara untuk kaum marjinal. Membebaskan dari belenggu penjajahan kaum pemegang Oligarki dan Hegemoni. Melawan pembodohan masif, mendobrak situasi kesenyapan. Sehingga kran-kran demokrasi terbuka lebar untuk kaum akar rumput yang ditindas kemarukan.
Benar, kondisi tersebut harus terus diimbangi dengan berbagai karya gagasan melalui berbagai saluran, sehingga mampu membentuk basis kekuatan untuk perubahan. Sehingga bisa mewujudkan pembebasan untuk rasa keadilan.
Kita tahu, Oligarki dan Hegemoni kalau berada di negara monarki itu dianggap lumrah, namun kalau wabah Oligarki dan Hegemoni ini hinggap di negara demokrasi ini tentu ada yang keliru. Bisa jadi wabah tersebut masuk melalui aturan pasal yang terlalu lentur, atau datang mengatasnamakan hak azasi, bisa pula nyelinap dalam boncengan kekuatan kapitalisme, yang sengaja di desain kaum ambisius untuk membangun klan mereka.
Memang kadang kita suka keliru bersikap dalam mendukung penyuka kekuasaan, yang menyebabkan lahirnya cikal bakal kaum Oligarki dan Hegemoni di kalangan kita. Dan kita baru sadar setelah dampaknya dirasakan sendiri.
Editor : U Suryana