Mengenal Baduy Dalam dan Baduy Luar Jadi Syarat Penting Bagi Wisatawan
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2025/02/10/81bcf_baduy.jpg)
Sesuai dengan panggilannya, Baduy Luar, masyarakat Baduy Luar tinggal di luar, atau mengelilingi wilayah dari Baduy Dalam. Hal tersebut yang menyebabkan perilaku masyarakat Baduy Luar cenderung lebih terbuka terhadap para pelancong/ wisatawan dari luar desa mereka. Sebaliknya, masyarakat Baduy Dalam lebih tertutup dan masih memegang erat nilai-nilai leluhur. Sehingga, adat istiadat di Baduy Dalam masih terbilang “murni.”
Jembatan di atas sungai cisemeut jadi penghubung antara Wilayah Baduy Dalam dan Luar. (Foto: laman resmi/ Kemenparekraf)
Tak hanya itu, akses menuju Baduy Dalam terbilang cukup jauh, karena bagi para wisatawan yang ingin melihat-lihat bagaimana suasana pedesaan di Baduy Dalam masih harus berjalan sejauh 12 kilometer dari wilayah Baduy Luar. Dalam perjalanannya wisatawan akan melewati bangunan menakjubkan berupa jembatan yang terbuat dari ikatan akar pohon, menjadi penghubung antara Baduy Luar dan Baduy Dalam. Di bawahnya ada Sungai Cisimeut yang seakan menjadi pemisah dari kedua wilayah tersebut. Bangunan itu disebut-sebut menjadi bukti kerjasama antar manusia dengan alam.
Masyarakat Baduy Dalam memiliki aturan yang melarang penggunaan teknologi di wilayah mereka. Mereka tetap setia pada bahasa asli mereka, yaitu bahasa Sunda dan aksara Hanacaraka, sebagai media komunikasi sehari-hari.
Cara untuk membedakan antara masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar juga bisa melalui pakaian yang mereka gunakan sehari-hari. Suku Baduy Dalam cenderung memiliki aturan berpakaian yang lebih ketat dibanding Baduy Luar. Mereka harus mengenakan pakaian adat berwarna putih atau biru tanpa kancing maupun kerah, dan dilarang menggunakan alas kaki. Berbeda dengan mereka, Suku Baduy Luar lebih sering terlihat mengenakan pakaian berwarna hitam dengan kain ikat biru tua dalam kehidupan sehari-hari.
Para wisatawan dapat menikmati keindahan dan keunikan Suku Baduy di Kanekes, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua area di desa tersebut terbuka untuk kunjungan.
Editor : Imam Rachmawan