Kekurangan Dokter Gigi, 12 Puskesmas di Lebak Masih Kosong Tenaga Medis

LEBAK, iNewsLebak.id - Sebanyak 12 dari 43 puskesmas di Kabupaten Lebak hingga kini belum memiliki dokter gigi. Kondisi ini diungkapkan Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak, Endang Komarudin, usai bertemu Gubernur Banten Andra Soni di Gedung Negara Provinsi Banten, Kota Serang, Rabu (3/9/2025).
Endang menuturkan, kekosongan tenaga medis tersebut menjadi persoalan serius di Lebak. Ia berharap dukungan penuh dari pemerintah provinsi agar masalah distribusi tenaga kesehatan bisa segera diatasi.
“Di Lebak, dari 43 puskesmas, dokter gigi baru ada di 31 puskesmas. Jadi masih ada 12 puskesmas yang kosong, sama sekali tidak ada dokter gigi. Padahal wilayah kerja kita jauh lebih luas dibanding Tangerang Raya. Jadi ketika Pak Gubernur menyampaikan akan mendukung, kami sangat bahagia. Mudah-mudahan ini bisa terealisasi,” ujar Endang.
Menurutnya, puskesmas yang belum memiliki dokter gigi umumnya berada di wilayah pelosok dan sulit dijangkau. Lebak dengan luas wilayah 3.481 kilometer persegi menghadapi tantangan besar dalam pemerataan tenaga kesehatan.
“Kebanyakan di daerah pelosok yang memang tidak diminati, misalnya di Puskesmas Cigemblong, Cijaku, dan Pengarangan. Dari pusat kabupaten sampai ke ujung bisa butuh waktu empat jam perjalanan,” jelas Endang.
Endang juga menyoroti minimnya jumlah dokter umum di wilayahnya. Ia menegaskan kebutuhan tenaga medis masih jauh dari standar yang ditetapkan pemerintah.
“Seharusnya satu dokter melayani lima ribu penduduk. Tapi dengan jumlah penduduk Lebak sekitar 1,5 juta, kita masih jauh sekali kekurangan dokter,” ungkapnya.
Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni mengakui ketimpangan distribusi tenaga kesehatan di wilayahnya. Ia menyebut daerah selatan Banten, seperti Lebak dan Pandeglang, menjadi daerah dengan kekurangan dokter paling tinggi.
“Saat ini kita punya sekitar 13 ribu dokter umum dan spesialis. Namun 10 ribu di antaranya terkonsentrasi di Tangerang Raya. Jadi perlu ada solusi agar distribusi dokter lebih merata ke wilayah lain,” kata Andra.
Ia menambahkan, koordinasi dengan berbagai pihak akan terus dilakukan, baik dengan dinas kesehatan, rumah sakit, maupun organisasi profesi. Menurutnya, solusi akan disiapkan secara berjenjang dalam jangka pendek, menengah, hingga panjang.
“Intinya, ini upaya mencari solusi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” pungkas Andra.
Editor : Imam Rachmawan