Dongkrak Ekonomi Petani, Produksi Palawija di Lebak Capai 6.668 Ton!

LEBAK, iNewsLebak.id – Produksi lima komoditas palawija di Kabupaten Lebak, Banten, mencapai 6.668 ton sepanjang Januari hingga September 2025. Hasil panen tersebut diperoleh dari luas area tanam sekitar 1.265 hektare dan dinilai mampu menopang perekonomian petani serta pelaku usaha kecil di daerah itu.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, total produksi palawija terdiri dari jagung 2.324 ton, kacang tanah 238 ton, kacang hijau 4 ton, ubi kayu 3.348 ton, dan ubi jalar 754 ton. Pemerintah daerah menyebut keberhasilan ini menunjukkan bahwa palawija menjadi komoditas strategis selain padi dalam mendukung ketahanan pangan dan sektor ekonomi masyarakat.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, mengatakan produksi lima komoditas palawija yang mencapai 6.668 ton dinilai mampu menggerakkan perekonomian daerah. Hasil panen tersebut tidak hanya memberi penghasilan bagi petani, tetapi juga melibatkan buruh tani, buruh angkut, pengemudi angkutan, pengepul, pedagang pengecer, hingga pelaku UMKM yang memanfaatkan palawija sebagai bahan baku olahan makanan.
Pemerintah daerah mendorong petani agar memperluas lahan palawija untuk meningkatkan produksi. Selain memanfaatkan lahan pertanian aktif, petani juga diarahkan menggunakan lahan tidur agar menjadi produktif. Deni menambahkan, kerja sama dengan pihak kepolisian dalam pengembangan jagung menjadi bagian dari dukungan terhadap program swasembada pangan nasional.
"Kami mengapresiasi kepolisian setempat bersama kelompok tani juga mengembangkan pertanian jagung untuk mendukung program swasembada pangan," ujar Deni Iskandar.
Tingginya permintaan pasar juga turut mendorong peningkatan produksi. Komoditas palawija tidak hanya diserap oleh perusahaan peternakan unggas, tetapi juga menjadi bahan baku pelaku UMKM di sektor makanan ringan dan kuliner. Hal ini membuat palawija memiliki nilai ekonomi yang stabil dan prospektif.
Dari sisi budidaya, palawija dinilai lebih menguntungkan karena perawatannya lebih mudah dibandingkan padi. Komoditas ini tidak membutuhkan banyak air, lebih tahan terhadap organisme pengganggu tanaman, dan dapat ditanam di lahan darat maupun sistem tumpang sari. Mayoritas petani juga menggunakan pupuk organik dari kotoran ternak atau limbah organik hasil fermentasi.
Pemerintah berharap palawija menjadi sumber penghasilan andalan bagi petani di masa depan. Sejumlah petani di Kecamatan Curugbitung mengaku hasil panen palawija, khususnya singkong, mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Seorang petani asal Cipining, Curugbitung, Ujang, menyatakan bahwa mereka memanfaatkan lahan sewa milik pengembang perumahan untuk bertani.
“Kami bisa panen singkong mencapai 30 ton per hektare dengan harga Rp2.000 per kilogram sehingga bisa menghasilkan pendapatan Rp60 juta selama 12 bulan,” kata Ujang.
Dengan kontribusi ekonomi yang besar, pemerintah daerah berencana memperkuat pembinaan, distribusi pupuk organik, dan akses pemasaran bagi petani. Produksi palawija yang terus meningkat juga diharapkan menekan ketergantungan pada beras dan membuka peluang Lebak menjadi sentra komoditas pangan alternatif di Banten.
Editor : Imam Rachmawan