LEBAK, iNewsLebak.id – Kekayaan alam batu bara di wilayah Lebak selatan sejak zaman penjajahan Jepang hingga saat ini terus dimuntahkan dari perut bumi.
Ribuan bahkan jutaan kubik ‘mutiara hitam’ digali dan berpindah kepemilikan, dari tengkulak ke para kapitalis.
Deretan stockpile di jalan nasional Cihara - Bayah tak bisa menampik anggapan wilayah ini kaya raya dari hasil perut buminya.
Akhir tahun 2022 lalu, harga ‘arang hitam’ disebut-sebut meroket hingga US$ 330 per ton, atau dirupiahkan mendekati Rp5 juta per 1.000 kilogram.
Namun, gunungan batu bara di sepanjang jalan nasional, harga yang disebut meroket, tak juga membuat masyarakat Lebak selatan tersenyum apalagi sejahtera.
Para pekerja di galian tambang batu bara yang kebanyakan tak berizin, setiap hari harus ‘tiarap’ walau sudah berada di dalam tanah sekalipun.
Editor : Sofi Mahalali
Artikel Terkait