“Pengeluaran bisa susut hingga 50 persen, yang biasanya harus menggunakan genset utuk penerangan, dengan jodang tanam kita hanya memerlukan batere untuk lampu senter,” ungkap Ari, salah satu nelayan asal Cianjur.
Hal senada dipaparkan salah satu nelayan asal Lampung, Samsu, selain efisien, alat tangkap ini juga tak membuat nelayan harus berada di laut pada malam hari untuk menjaga bagang.
“Dulu saya begadang tiap malam untuk menjaga bagang, namun dengan jodang tanam tak perlu lagi karena kita bisa tinggal pada malam hari. Pagi kita tinggal mengecek hasil tangkapan benur dan memastikan batere lampu habis atau tidak,” ucapnya.
Dari pengakuan keduanya, kini metode tangkap BBL degan bagang telah ditinggalkan para nelayan. Untuk penerapannya, memang diperlukan pembagian wilayah atau pemetaan area tangkap agar tidak menggangu aktivitas nelayan perikanan.
Pada prinsipnya antara jodang tanam dan bagang memiliki kesamaan dalam alat, yakni mengunakan jaring atau yang lebih dikenal oleh nelayan dengan sebutan waring. Waring dibuat dari material High Density Polyethylene (HDPE) dengan cara dianyam.
Editor : Lazarus Sandy
Artikel Terkait