Mengenal Tradisi Seren Taun di Lebak, Warisan Leluhur yang Bertahan hingga Kini

Imam Rachmawan
Tradisi Seren Taun di Lebak. (Foto: Kemenparekraf)

LEBAK, iNewsLebak.id - Tradisi Seren Taun di Lebak merupakan salah satu warisan budaya yang masih hidup dan terus dijaga hingga kini oleh masyarakat adat di wilayah Banten Selatan. Upacara ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi bentuk rasa syukur atas hasil panen dan pengingat akan hubungan harmonis antara manusia dan alam. 

Masyarakat adat di Kasepuhan Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, masih menjalankan Seren Taun dengan khidmat setiap tahunnya. Prosesi ini bukan hanya menjadi bagian dari kebudayaan, tapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang mulai dikenal secara nasional. Dengan segala unsur adat dan kesakralannya, Seren Taun mampu merekatkan nilai-nilai kebersamaan, spiritualitas, dan pelestarian lingkungan.

Berdasarkan informasi dari situs resmi Kemenparekraf, Seren Taun yang digelar oleh Kasepuhan Cisungsang tercatat sebagai salah satu dari 110 Karisma Event Nusantara (KEN) tahun ini. Bersama Seba Baduy dan Festival Multatuli, acara adat tersebut termasuk dalam daftar kegiatan unggulan yang diusung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

Fakta Tradisi Seren Taun di Lebak

Masih dalam sumber yang sama, berikut beberapa fakta menarik mengenai tradisi Seren Taun di Lebak yang hingga kini masih bertahan:

1. Rangkaian Adat Upacara Seren Taun

Tahapan awal dimulai dari prosesi Rasul Pare di Leuit, yaitu penyimpanan padi ke dalam lumbung sebagai bentuk syukur sekaligus cadangan pangan untuk masa depan. Ini menjadi simbol bahwa masyarakat tidak hanya hidup untuk hari ini, tapi juga memikirkan keberlanjutan.

Dilanjutkan dengan Salamat Beberes Ngueh, yaitu tradisi selamatan setelah seluruh penganan khas disiapkan untuk acara utama. Setelahnya, digelar Ritual Bubuka yang menampilkan seni pertunjukan khas Sunda, termasuk adu pantun yang sarat pesan moral.

Tahapan berikutnya dikenal sebagai Balik Taun Rendangan, yaitu momen pertemuan para pimpinan kelompok adat (Rendangan) untuk menyampaikan laporan kegiatan kepada pimpinan adat tertinggi (Abah) di Imah Gede. Forum ini menjadi ruang komunikasi sakral antar unsur masyarakat adat.

Editor : Imam Rachmawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network