Upaya Narman Angkat Ekonomi Lokal, Produk Etnik Baduy Kini Go Digital
LEBAK, iNewsLebak.id – “Gunung teu meunang dilebur; Lebak teu meunang diruksak; Pondok teu meunang disambung; Panjang teu meunang dipotong.”
Ungkapan tersebut menjadi filosofi hidup masyarakat adat Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak. Prinsip ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan hidup selaras dengan ketentuan adat.
Suku Baduy dikenal sebagai masyarakat yang teguh memegang adat istiadat, serta menjaga jarak dari pengaruh modernisasi. Mereka hidup sederhana, mengandalkan hasil pertanian dan kerajinan tangan seperti kain tenun, tas, serta aksesori dari bahan alami.
Namun, keterbatasan akses pemasaran menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Baduy, karena hasil kerajinan mereka selama ini hanya dijual kepada wisatawan yang datang langsung ke wilayah Kanekes.
Menjaga Adat, Menggerakkan Ekonomi Lokal
Di tengah keterbatasan tersebut, salah satu warga Baduy luar bernama Narman berinisiatif mengenalkan kerajinan etnik khas Baduy ke pasar digital melalui platform media sosial dan marketplace. Langkah ini ia lakukan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai adat yang berlaku.
Narman mengaku sempat mendapat teguran dari kokolot (tetua adat) karena dinilai melanggar larangan penggunaan teknologi. Namun, setelah memberikan penjelasan bahwa upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat tanpa mengubah tatanan adat, para tetua adat akhirnya memberi izin dengan syarat tertentu.
Ia pun memanfaatkan media digital secara terbatas. Melalui akun Instagram “Baduy Craft”, Narman mulai memasarkan berbagai produk kerajinan seperti kain tenun, tas rajut, dan gelang dari bahan alam. Usaha ini kini menjadi salah satu contoh pengembangan ekonomi kreatif masyarakat adat di tengah perubahan zaman.
Sejak tahun 2016, Narman mulai belajar memasarkan produknya secara online secara otodidak, dibantu oleh teman dari luar Baduy. Dengan pengetahuan sederhana mengenai teknologi, ia berhasil memperluas jangkauan pasar hingga ke berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Narman, hasil karya para penenun Baduy memiliki nilai budaya dan keterampilan tinggi yang layak mendapatkan apresiasi lebih luas. Ia berharap produk-produk tersebut tidak hanya dikenal sebagai cendera mata, tetapi juga menjadi identitas budaya yang membanggakan.
Kini, “Baduy Craft” menjadi jembatan antara tradisi dan modernisasi. Di satu sisi, tetap mempertahankan nilai adat dan kesederhanaan, namun di sisi lain mampu membawa dampak ekonomi positif bagi masyarakat.
Editor : Imam Rachmawan