Diantaranya banyak kasus sejumlah perempuan dari suku Baduy itu kerap dijadikan praktik eksploitasi untuk meraih subscribe dan viewer, terutama mereka gadis cantik Baduy, dan itu merupakan fenomena yang masih terus berjalan.
Memang tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi telah mengubah pola pikir generasi muda Baduy, sementara lembaga adat belum mampu memberlakukan sanksi tegas yang efektif terhadap kondisi itu.
Di sini ada baiknya para pegiat konten kreator menghormati privasi dan hak cipta, menghindari komersialisasi budaya, memahami sensitivitas dan batasan budaya, termasuk menghormati aturan adat setempat.
Dilansir dari akun TikTok yang bernama rumsyah.shaa https://vt.tiktok.com/ZS6mWmbUj/ gadis Baduy oleh salah satu konten kreator sekaligus MUA yang bernama Eghamakeup2502 diundang untuk dijadikan model, selanjutnya disiarkan di stasiun televisi nasional. Sehingga dalam pandangan umum, kalangan muda Baduy diasumsikan mulai terbiasa hal-hal yang berbau modern yang kontra budayanya. Kondisi ini lama kelamaan berpotensi mengikis khasanah kebudayaan Baduy itu sendiri.
Juga dari akun tiktok vm.co https://vt.tiktok.com/ZS6m75tL6/, di akun itu terlihat gadis Baduy bernama Sarti dan Vilmei, seorang konten kreator membuat promosi deodoran, nampak keduanya saling kolaborasi.
Dampak Eksploitasi
Kini hampir semua kalangan muda Baduy Luar sudah banyak memiliki gadget dan akun media sosial, bahkan diantaranya menjadi konten kreator. Ini tentu dilakukan lantaran mencontoh apa yang dilakukan para pengunjung. Bahkan mereka banyak yang diajarkan cara membuat konten, diajak kerjasama untuk promosi pada suatu produk, dan diantara mereka ada yang dijadikan endorse untuk iklan tertentu.
Sehingga beberapa dari kalangan anak muda Baduy Luar sudah terbiasa bergaul dengan hal berbau modern. Ini fakta yang sudah terjadi, kehadiran para wisatawan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku pada suku asli Baduy.
Editor : U Suryana
Artikel Terkait