LEBAK, iNewsLebak.id - Bupati Lebak, Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya, baru-baru ini mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap pencantuman nama Penjabat (Pj) Bupati dalam prasasti yang terletak di Gedung Negara.
Dalam acara serah terima jabatan pada 3 Maret 2025, Hasbi menilai bahwa penulisan nama Pj Bupati di prasasti merupakan bentuk penyimpangan sejarah, karena Pj tidak dipilih oleh rakyat, melainkan ditunjuk oleh Kementerian Dalam Negeri.
Ia menegaskan bahwa hanya nama bupati yang dipilih secara demokratis yang seharusnya tercantum dalam prasasti tersebut.
“Pj itu ditunjuk oleh Kemendagri, kalau Bupati dipilih oleh rakyat, daerah mana yang ada Pj-nya ditulis (dalam prasasti-red), di Lebak saja ini, enggk baik,” tegas Hasbi saat melihat prasasti di gedung negara Pemkab Lebak usai melakukan arak-arakan menuju lokasi Sertijab dilakukan, pada Senin (3/3/2025).
Hasbi meminta agar Sekretaris Daerah (Sekda) segera melakukan perbaikan terhadap prasasti tersebut.
Menanganggapi pernyataan Bupati Lebak, mantan Pj Bupati Gunawan Rusminto menyayangkan sikap Hasbi dan menjelaskan bahwa pencantuman nama Pj dalam prasasti merupakan bentuk yang dianugerahi atas jasa dan kontribusi mereka selama menjabat.
"Pintar boleh tapi harus perhatikan adab, saya dan istri kan baru datang ke Pendopo, saya mau salaman tapi yang bersangkutan langsung nge-gas, saya jelaskan tetap nge-gasss, saya tinggalkan saja mending salaman ke yang lainnya. Alhamdulillah tidak lama Gubernur datang," kata Gunawan.
Agus Solih Rapiudin, tokoh pemuda dari Lebak Selatan, berpendapat bahwa prasasti berfungsi sebagai pengingat penting akan kontribusi dan catatan para pemimpin masa lalu dan masa kini di Kabupaten Lebak.
Ia berpendapat bahwa prasasti-prasasti ini seharusnya berfungsi sebagai referensi sejarah bagi generasi mendatang, terlepas dari lamanya masa jabatan pemimpin tertentu.
Agus juga mengkritik sebagai sikap arogan yang gagal menghargai makna historis dari prasasti- prasasti tersebut.
"Sejarah mana yang dianggap dibelokkan, contoh mana yang tidak baik? Justru dengan sikap seperti itu, memperlihatkan cara berpikir yang kurang bijak dalam menerjemahkan makna prasasti," ujar Agus. kepada media, Selasa (4/3/2025).
Ketimbang memusatkan perhatian pada persoalan prasasti, tokoh pemuda itu menyarankan agar Bupati Hasbi Jayabaya lebih mengutamakan program kerjanya dan menangani persoalan yang lebih mendesak bagi masyarakat.
"Seharusnya jangan seperti itu, itu tempat umum jugakan, Minimal hargai dan berterimakasih," tutupnya
Editor : Imam Rachmawan
Artikel Terkait