LEBAK, iNewsLebak.id Setiap tahun masyarakat Kasepuhan Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak menggelar tradisi adat tahunan Seren Taun. Salah satu ritual yang paling menonjol dalam rangkaian acara ini adalah Rasul Pare di Leuit, yaitu prosesi menyimpan padi hasil panen ke dalam lumbung padi tradisional atau leuit.
Ritual ini menjadi simbol syukur atas hasil bumi sekaligus wujud ketahanan pangan masyarakat adat. Padi yang disimpan adalah hasil panen yang dipilih secara khusus, baik padi induk maupun padi untuk kebutuhan tahun mendatang. Proses ini mengingatkan masyarakat agar selalu menjaga keseimbangan antara hasil alam, cadangan pangan, dan keberlanjutan lingkungan.
Tradisi Rasul Pare di Leuit juga mencerminkan kebersamaan warga. Seluruh masyarakat adat terlibat langsung membawa padi dari sawah hingga ke leuit. Prosesi dilakukan secara teratur setelah panen raya, menandai dimulainya siklus baru pertanian.
Mengenal Tradisi Lain dalam Seren Taun Kasepuhan Cisungsang
Selain Rasul Pare di Leuit, terdapat beberapa tradisi adat lainnya yang menjadi bagian penting dalam Seren Taun Kasepuhan Cisungsang. Masing-masing tradisi memiliki makna simbolis yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain, yaitu:
1. Jatnika Nibakeun Sri Ka Bumi
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk doa sebelum padi ditanam kembali. Masyarakat adat percaya bahwa padi memiliki ruh atau jiwa yang harus dihormati agar tumbuh subur. Prosesi ini menjadi awal penyerahan benih padi kepada bumi untuk masa tanam berikutnya.
2. Jatnika Ngamitkeun Sri Ti Bumi
Setelah panen selesai, dilakukan prosesi mengambil kembali “Sri” atau jiwa padi dari bumi. Ritual ini melambangkan rasa terima kasih kepada alam dan menjadi tanda selesainya masa tanam sebelumnya.
3. Prah Prahan (Cacah Jiwa)
Ritual ini berupa pendataan warga adat atau anggota komunitas Kasepuhan. Data jumlah warga dibandingkan dengan cadangan pangan di leuit. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan pangan, serta memperkuat nilai gotong royong.
4. Seren Taun (Puncak Upacara)
Tahapan ini menjadi puncak rangkaian acara adat, saat hasil bumi diserahkan ke lembaga adat dan komunitas. Proses ini memperkuat ikatan sosial warga sekaligus menjadi simbol rasa syukur terhadap Tuhan atas keberkahan alam.
Editor : Imam Rachmawan
Artikel Terkait