LEBAK, iNewsLebak.id – “Gunung teu meunang dilebur; Lebak teu meunang diruksak; Pondok teu meunang disambung; Panjang teu meunang dipotong.”
Ungkapan tersebut menjadi filosofi hidup masyarakat adat Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak. Prinsip ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan hidup selaras dengan ketentuan adat.
Suku Baduy dikenal sebagai masyarakat yang teguh memegang adat istiadat, serta menjaga jarak dari pengaruh modernisasi. Mereka hidup sederhana, mengandalkan hasil pertanian dan kerajinan tangan seperti kain tenun, tas, serta aksesori dari bahan alami.
Namun, keterbatasan akses pemasaran menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Baduy, karena hasil kerajinan mereka selama ini hanya dijual kepada wisatawan yang datang langsung ke wilayah Kanekes.
Menjaga Adat, Menggerakkan Ekonomi Lokal
Di tengah keterbatasan tersebut, salah satu warga Baduy luar bernama Narman berinisiatif mengenalkan kerajinan etnik khas Baduy ke pasar digital melalui platform media sosial dan marketplace. Langkah ini ia lakukan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai adat yang berlaku.
Narman mengaku sempat mendapat teguran dari kokolot (tetua adat) karena dinilai melanggar larangan penggunaan teknologi. Namun, setelah memberikan penjelasan bahwa upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat tanpa mengubah tatanan adat, para tetua adat akhirnya memberi izin dengan syarat tertentu.
Editor : Imam Rachmawan
Artikel Terkait
