LEBAK, iNewsLebak.id – Kata siapa bertani itu tidak menjanjikan masa depan ? Seringkali pandangan ini memaksa kita untuk selalu berkutat pada keinginan bekerja di sebuah perusahaan atau menjadi PNS demi mencapai kesuksesan dan meraih masa depan.
Indonesia yang merupakan wilayah agraris, yang dilintasi garis khatulistiwa sebenarnya bisa lebih berdigdaya di sektor pertanian ketimbang Negara Tiongkok. Gempuran buah-buahan serta sayuran dari luar negeri, membuat Indonesia menjadi Negara konsumtif bukan produktif.
Namun, ditengah kondisi ini, seorang petani asal Kecamatan Wanasalam tak begitu saja menyerah. Hidup dari hasil pertanian ternyata bisa membuat H Misjaya bertahan hidup bahkan penghasilannya melampaui gaji PNS.
Salah satu yang tengah dikembangkan H Misjaya yakni bercocok tanam timun. Dari seperempat hectare (2500 meter persegi) kebun timun miliknya, Ia berhasil meraup omset hingga mencapai Rp40 juta,- sekali musim tanam.
Ditemui di kebun miliknya di Cidadap, Desa Sukatani, Kecamatan Wanasalam, H Misjaya menjelaskan dari omset tersebut, Ia bisa memperoleh keuntungan bersih hingga Rp20 juta per 2 bulan.
“Untuk luas 3 kotak, atau sekitar seperempat hektare, ya Alhamdulillah dapat keuntungan bersih sekitar Rp20 juta. Biaya yang harus dikeluarkan dari persiapan lahan, bibit, pupuk, dan pemeliharaan sekitar Rp20 juta,” ujarnya, Sabtu (9/11/2024) siang.
Untuk pemasaran timun sendiri, kata H Misjaya tak perlu repot-repot, pembeli biasanya langsung datang ke kebun setiap hari saat usia panen. “Setiap hari banyak yang datang kesini, jadi langsung ditimbang di tempat. Harga saat ini Rp3000 per kilogram,” ujarnya.
Diterangkan, untuk setiap petak kebun timun yang luasnya 800 meter persegi, timun yang dihasilkan mencapai 4 - 4.5 ton. Sedangkan untuk harga jual di pasar tergolong stabil yakni Rp2500 – Rp3000 per kilogram.
Kendala yang kerap dihadapi dalam budi daya timun ini, hanya suplai air untuk penyiraman. Karena wilayah Wanasalam sebagian mengandalkan curah hujan jadi petani mensiasatinya dengan cara menggunakan pompa air menyedot dari sungai atau sumber air terdekat.
Untuk itu, pengurus HKTI Lebak ini pun meminta Dinas Pertanian Kabupaten Lebak terus memberikan bantuan berupa pendampingan kepada para petani maupun alat pendukung pertanian seperti traktor dan pompa air.
“Potensi pertanian disini sangat besar. Seperti padi, timun, semangka, dan lainnya. Kendala utama yakni suplai air, dan alat pendukung lainnya. Semoga pemerintah bisa memfasilitasinya. Bertani itu cukup menjanjikan, ayo bertani untuk Lebak sejahtera,” ajak H Misjaya.
Editor : Lazarus Sandy