Oleh: M. Febi Pirmansyah
LEBAK, iNewsLebak.id - Belakangan ini, jagat maya diramaikan oleh unggahan warga di berbagai media sosial tentang aksi gotong royong membangun jalan poros desa secara swadaya. Di berbagai wilayah Kabupaten Lebak, Banten, masyarakat tampak antusias bergandengan tangan memperbaiki akses jalan desa secara mandiri.
Fenomena ini sebenarnya bukanlah hal baru. Budaya gotong royong telah lama mengakar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Namun yang menarik, gerakan swadaya yang kini dilakukan masyarakat Lebak muncul secara masif dan konsisten di berbagai desa.
Pertanyaannya, apakah semangat ini lahir dari kesadaran kolektif warga akan pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan? Ataukah ini adalah bentuk protes diam, sinyal bahwa negara belum sepenuhnya hadir dalam menjawab kebutuhan dasar seperti infrastruktur desa?
Fenomena ini tentu menghadirkan perdebatan. Di satu sisi, publik menyambut positif aksi swadaya tersebut sebagai potret kemandirian sosial. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran dan kritik terhadap kapasitas serta kepekaan pemerintah dalam melayani hak dasar masyarakat.
Inilah Banten. Beginilah Lebak. Masyarakatnya dikenal memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan dan kebutuhan bersama. Di tengah minimnya anggaran atau lambatnya respons pemerintah, semangat gotong royong justru menyala terang sebagai solusi.
Editor : U Suryana
Artikel Terkait