Sebagai informasi, selain Desa Muara di Kecamatan Binuangeun, ada beberapa wilayah lain yang juga menghasilkan bahan baku anyaman daun pandan. Diantaranya Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping. Namun bahan baku yang dihasilkan tetap saja dipasok ke wilayah Jawa Barat.
Hal ini tentunya perlu perhatian khusus Pemkab Lebak. Mayoritas perajin bahan baku anyaman daun pandan masih hidup dibawah garis kemiskinan, dengan penghasilan per hari tak sampai Rp50 ribu. Di lain hal, ada sebenarnya potensi besar yang dimiliki dengan mengolah bahan baku menjadi barang jadi bernilai ekonomi.
Salah satu tokoh masyarakat Lebak selatan, A Riefai, saat ditemui di kediamannya di Kecamatan Malingping mengingatkan Pemkab Lebak untuk lebih peka membaca peluang bagaimana kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan.
“Bahan baku daun pandan di Kabupaten Lebak melimpah ruah, tapi sebagian besar dipasok ke Kabupaten Tasikmalaya. Di tasik saya lihat di toko online, harga tikar saja jadi Rp100 ribu, topi anyaman jadi Rp50 ribu. Harganya 10 kali lipat bahkan 20 kali lipat,” ujar Riefai.
Hal ini, kata mantan anggota DPRD Banten tersebut, tidak dibaca secara utuh oleh Pemkab Lebak sebagai peluang besar, “Berdasarkan data BPS Lebak masih banyak penduduk miskin, padahal potensi banyak, peluang besar menanti, Pemkab harus lebih agresif lagi,” pungkasnya.
Editor : U Suryana