Politisi Partai Amanat Nasional ini juga mencanangkan ‘desa tematik’ dengan menggali potensi ekonomi desa yang lagi-lagi tujuannya adalah mendukung ketersediaan pasokan bahan pangan atau komoditi yang dibutuhkan dapur MBG.
Pelaksanaan program MBG di Kabupaten Lebak sendiri memang belum jelas kabar beritanya kapan akan dilaksanakan program MBG ini. Namun hal ini perlu disikapi dini oleh pemerintah desa dan dinas terkait, agar pada saat running ketersedian pasokan tak jadi kendala.
Menurut penulis, BUMDes harus menjadi leading sector penyedia atau supplier dapur MBG. Potensi yang dimiliki tiap desa harus segera dimapping sesuai dengan arahan Mendes untuk menjadikan ‘desa tematik’. Tentunya dengan melibatkan dinas terkait.
Sumber daya penyuluh pertanian dan peternakan harus segera menyambut rencana ini dengan maksimal, memetakan potensi di setiap desa berkoordinasi dengan pendamping desa dan perangkat desa agar BUMDes bisa mendapat referensi komoditi apa yang bisa dikembangkan.
Jika potensi memang melimpah, tak menutup kemungkinan BUMDes memiliki unit-unit usaha lebih dari satu. Dengan demikian, pelibatan masyarakat sebagai tenaga kerja lokal bisa makin banyak terserap di unit-unit usaha tersebut.
Misal, untuk memenuhi kebutuhan telur Desa A ditunjuk untuk menyediakan 300 kilogram telur per hari. Jika diakumulasikan butir mencapai 4000 – 5000 butir per hari. Ada kesempatan lebih dari 10 orang pekerja di unit usaha tersebut. Dan unit-unit usaha lainnya, seperti tahu tempe, sayur mayur, daging ayam, dan ikan.
Editor : Lazarus Sandy
Artikel Terkait