Agung juga mengatakan, ada pertemuan lagi dengan perwakilan pihak keluarga yang rumahnya retak-retak untuk membahas perbaikan rumah.
"Saya mengadakan pertemuan lagi dengan pihak keluarganya, namun hasilnya ia bukan mau rumah diperbaiki oleh pihak proyek, namun ia meminta mentahnya atau uang Rp25 juta. Saya tidak bisa menjawab pasti, karena ini perlu pengajuan kepada atasan, dan uang Rp25 juta itu saya juga belum tahu estimasi darimana atas dasar apa. Sepertinya kalo mentahnya yang dia minta apakah mau diperbaiki atau tidak, apakah hanya minta kompensasi dalam bentuk uang saja," terangnya.
Kata Agung, "Kalo terkait permintaan uang seperti itu, saya tidak bisa memutusin langsung, saya disini bekerja ada atasannya. Uang Rp25 juta itu apakah benar-benar sesuai dengan estimasi perbaikan kita juga tidak tahu seperti apa, karena dari pihak keluarga saklek rumahnya tidak mau diperbaiki oleh proyek, artinya niat baik kita untuk membantu dia ditolak mentah-mentah," ungkapnya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Arif, selaku Konsultan proyek dari PT Saeba, mengatakan, bor pile tidak berdampak terhadap rumah warga, karena getarannya tidak berpengaruh.
"Secara teknis kita mengerjakan bor pile itu dari yang jauh ke rumah dulu, ketika dia komplen itu masih mengerjakan di sini, dan walaupun dikerjakan di sana pun secara teknis hasil analisa itu tidak ada getaran, sangat minim getaran, kalau pun ada getaran mungkin pagar dulu yang harus roboh, kalo terdampak," terangnya.
Editor : U Suryana