Tapi berapa ratus bahkan ribu UMKM yang mempekerjakan ratusan ribu pekerja yang dilibatkan dalam pengerjaan pesanan tersebut. Berapa juta jiwa yang turut merasakan buah dari Pilkada yang digelar secara langsung ini?
Kesimpulannya, Pilkada yang digelar secara langsung dipilih oleh rakyat ini memang mahal. Tapi mahal dimaksud bukan dalam konteks pengeluaran dan sifatnya satu arah. Mahal dimaksud mesti dimaknai sebagai transaksi yang juga mendatangkan keuntungan banyak pihak.
Ada pengeluaran pembiayaan dari negara yang sangat besar bagi perhelatan Pilkada secara langsung. Namun itu menjadi pemantik bagi berputarnya roda ekonomi di kalangan masyarakat. Ada begitu banyak pihak yang mendapatkan berkah dari pesta demokrasi ini. Dalam konteks ini Pilkada menjadi “pesta demokrasi” sesungguhnya.
Kontestasi Pilkada tidak akan menyedot biaya besar dari peserta atau pasangan calon Kepala Daerah, bila mereka taat mengikuti regulasi. Dalam hal ini misalnya tidak melakukan praktik politik uang. Praktik inilah yang sejatinya membuat perhelatan pesta demokrasi menjadi mahal. Dan lebih dari itu, membuat Pilkada tidak bermartabat.
Maka, agar penyelenggaraan Pilkada bisa efisien namun tetap demokratis, sebaiknya tetap digelar secara langsung dan dipilih oleh rakyat, dan dilakukan dengan cara jujur, diantaranya tidak melakukan praktik politik uang. Peserta Pilkada berkontestasi lewat gagasan dan program, bukan dengan uang.
Editor : U Suryana